EBITDA Adalah: Rumus & Cara Mencari dalam Laporan Keuangan

Ada banyak sekali indikator untuk mengukur kinerja perusahaan, salah satunya yaitu EBITDA. Kepanjangan dari EBITDA adalah earnings before interest, taxes, depreciation, dan amortization. EBITDA berbeda dengan EBIT (earnings before interest and taxes) yang tidak melibatkan depreciation dan amortization.

Berikut penjelasan lengkap tentang apa itu EBITDA, cara menghitung atau rumus EBITDA, cara mencari nilai EBITDA dalam laporan keuangan, serta kelebihan dan kekurangan EBITDA.

Pengertian EBITDA

Arti EBITDA adalah earnings before interest, taxes, depreciation, dan amortization, atau kepanjangan EBITDA dalam bahasa Indonesia yaitu laba sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi.

Berbeda dengan EBIT, EBITDA digunakan untuk ukuran kinerja operasi perusahaan yang dapat dilihat sebagai indikator arus kas dari aktivitas operasi (cash flow from operations) perusahaan. Dengan kata lain, EBITDA merupakan salah satu metrik profitabilitas perusahaan.

Rumus EBITDA

EBITDA menjadi ukuran penting untuk melihat seberapa baik kinerja opeasional perusahaan dengan mempertimbangkan depresiasi dan amortisasi. Formula atau Rumus EBITDA adalah Laba Usaha (EBIT) + Penyusutan + Amortisasi.

Dengan memahami formula ini, cara menghitung EBITDA akan menjadi lebih mudah. Anda hanya perlu menemukan nilai EBIT atau dalam laporan keuangan perusahaan Tbk ditulis “Laba Usaha” atau “Income from Operations”. Setelah itu, tambahkan dengan Penyusutan dan Amortisasi. Dari rumus ini pula Anda akan mengetahui perbedaan EBIT dan EBITDA.

Cara Mencari EBITDA dalam Laporan Keuangan

Berikut adalah cara mencari EBITDA dalam laporan keuangan khususnya pada perusahaan Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia:

  • Download laporan keuangan perusahaan Tbk di website idx, pilih salah satu perusahaan sebagai sampel. Cara download laporan keuangan di idx dapat klik di sini.
  • Sebagai sample, kami telah mengunduh laporan keuangan PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) tahun 2020.
  • Setelah itu, buka halaman Laporan Laba Rugi untuk melihat angka atau nilai EBIT. Dalam hal ini, EBIT Indofood tahun 2020 yaitu Rp9.201.012,- (dalam jutaan). Istilah lain dari EBIT adalah laba usaha atau income from operations.

EBIT di dalam laporan laba rugi

Penyusutan dan Amortisasi di dalam Catatan Atas Laporan Keuangan

  • Terakhir, jumlahkan nilai EBIT + Penyusutan + Amortisasi sehingga akan menghasilkan nilai EBITDA. Berdasarkan data ini, total EBITDA adalah Rp9.201.012 + Rp6.599.585 = Rp800.597,-.

Komponen EBITDA

Item atau komponen EBITDA terdiri dari:

1. EBIT (Earnings before Interest and Taxes)

EBIT mengacu pada laba usaha (income from operations). Nilai EBIT, dalam kasus Indofood, diperoleh dari nilai laba kotor (gross profit) dikurangi beban penjualan & distribusi, beban administrasi & umum, dan beban operasi lainnya. Sedangkan laba kotor dihasilkan dari penjualan bersih (net sales) dikurangi harga pokok penjualan (HPP) atau COGS (cost of goods sold).

2. Bunga (Interest)

Interest adalah beban bunga yang timbul akibat pinjaman secara kredit yang dilakukan perusahaan terhadap kreditur untuk membiayai aktivitas bisnis. Setiap perusahaan biasanya memiliki struktur modal yang berbeda sehingga nilai beban bunga juga akan berbeda. Dalam contoh perhitungan EBITDA, beban bunga (interest expenses) dikecualikan. Ini akan lebih mudah untuk mengukur dan membandingkan kinerja relatif antar perusahaan dengan cara menambahkan interest dan mengabaikan dampak struktur modal.

3. Pajak (Taxes)

Pajak adalah pungutan wajib yang dikeluarkan oleh wajib pajak. Nilai pajak perusahaan bervariasi, tergantung aturan yang berlaku di suatu wilayah atau negara. Pajak tidak menjadi bagian dari analisis atau penilaian kinerja dari manajemen perusahaan sehingga analis keuangan cenderung menambahkan pajak kembali untuk perbandingan bisnis, seperti pada perhitungan EBITDA.

4. Penyusutan (Depreciation)

Depresiasi atau beban penyusutan mengacu pada hilangnya nilai atau manfaat atau kegunaan pada aset tetap (fixed assets) perusahaan. Lebih spesifik, penyusutan terjadi pada aset tetap berwujud (tangible fixed assets), kecuali tanah. Nilai penyusutan tergantung biaya historis (biaya untuk memperoleh aset tetap). Penyusutan terjadi untuk sebagian besar aset tetap berwujud perusahaan, kecuali tanah (land).

5. Amortisasi (Amortization)

Amortiasi terjadi pada aset tidak berwujud karena kehilangan masa manfaat (memiliki batas waktu penggunaan), seperti hak paten, lisensi, dan warabala. Penghapusan aset ini juga harus dilakukan secara periodik, seperti halnya penghapusan pada aset berwujud. Dengan kata lain, pengakuan biaya aktiva tidak berwujud secara periodik disebut sebagai amortisasi. Pengurangan nilai pada amortisasi akan ditambahkan ke dalam perhitungan EBITDA.

Contoh Penggunaan EBITDA

EBITDA adalah salah satu ukuran untuk menilai arus kas perusahaan dan dapat menunjukkan nilai perusahaan (firm value) secara ringkas. Nilai EBITDA dapat menjadi alternatif bagi investor dalam analisis keuangan terlebih ketika perusahaan tidak berhasil mencatatkan laba bersih (net profit). Perhitungan EBITDA tidak mempertimbangkan bagaimana struktur modal perusahaan sehingga inilah asalan mengapa beban bunga ditambahkan. Untuk membandingkan kinerja perusahaan di industri yang sama, alias industry comparison, nilai EBITDA dianggap ideal untuk digunakan.

Kelebihan dan Kekurangan EBITDA

Kelebihannya, EBITDA dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan dengan struktur keuangan yang berbeda, memberikan wawasan tentang kemampuan menghasilkan laba tanpa pengaruh pembiayaan atau penyusutan aset.

Namun, kekurangannya, EBITDA bisa menyesatkan karena mengabaikan beban penting, seperti pajak dan utang, yang memengaruhi kesehatan keuangan jangka panjang. EBITDA juga tidak mencerminkan kebutuhan modal atau arus kas, sehingga kurang cocok untuk menilai perusahaan dengan pengeluaran modal tinggi atau di sektor yang sensitif terhadap utang.

Selain itu, keterbatasan atau kekurangan EBITDA yaitu dapat digunakan secara sengaja untuk mengaburkan kinerja laba perusahaan secara riil. Bagi perusahaan dalam fase pertumbuhan (growth) atau belum matang (maturity), nilai EBITDA cenderung lebih diekspos daripada laba bersih. Ini karena mereka memiliki beban utang atau liabilitas yang besar atau aktiva yang mahal. Selain itu, pengukuran EBITDA secara resmi tidak diakui oleh GAAP dan IFRS.

EBITDA yang Bagus Berapa Persen

Umumnya, EBITDA margin yang bagus berkisar antara 15-20%, tergantung industrinya. Perusahaan dengan EBITDA margin tinggi (di atas 20%) dianggap lebih efisien dalam mengelola biaya operasional dibandingkan dengan pesaing. Namun, persentase ini berbeda antarindustri; sektor teknologi atau layanan keuangan cenderung memiliki margin lebih tinggi dibandingkan sektor manufaktur. Evaluasi margin EBITDA perlu mempertimbangkan standar industri untuk memberi konteks pada profitabilitas perusahaan.

Arti EBITDA Negatif

EBITDA negatif menunjukkan bahwa perusahaan tidak menghasilkan keuntungan dari operasi intinya, bahkan sebelum memperhitungkan biaya bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan operasionalnya tidak cukup untuk menutupi biaya operasional langsung, yang dapat menjadi tanda masalah dalam model bisnis atau efisiensi operasional. EBITDA negatif sering ditemui pada perusahaan rintisan atau yang sedang dalam fase pertumbuhan agresif, di mana pengeluaran besar terjadi untuk memperluas pasar. Namun, jika EBITDA negatif bertahan dalam jangka panjang, ini bisa menjadi sinyal peringatan bagi investor terkait keberlanjutan keuangan perusahaan tersebut.

EBITDA vs. Arus Kas Operasi (Operating Cash Flow)

Operating cash flow atau arus kas operasi dapat menjadi ukuran atau metrik yang lebih baik dari segi perolehan kas atau uang tunai yang dihasilkan perusahaan daripada nilai EBITDA. Ini disebabkan karena arus kas operasi memperhitungkan biaya non-kas (seperti penyusutan dan amortisasi) dan perubahan modal kerja (seperti perubahan utang, piutang, dan persediaan) untuk menghasilkan laba bersih.

Modal kerja (working capital) dapat menjadi faktor utama untuk mengukur uang tunai yang mampu dihasilkan perusahaan. Investor yang hanya mengandalkan EBITDA tanpa memperhitungkan perubahan modal kerja, mereka akan kehilangan lebih banyak petunjuk, salah satunya terkait piutang yang tidak tertagih sehingga mengganggu arus kas.

Penutup

Itulah penjelasan tentang apa itu EBITDA dan contoh perhitungan serta rumus EBITDA. Pada dasarnya, EBITDA adalah salah satu indikator kinerja operasi perusahaan meskipun memiliki keterbatasan tertentu. Selain EBITDA, ada beberapa pengukuran lain yang dianggap lebih akurat dan mampu memberikan petunjuk terkait kinerja operasi perusahaan. Dalam hal ini, pertimbangkan rasio aktivitas yang mengukur kinerja operasi perusahaan dari aset yang tersedia.

Selain itu, rasio profitabilitas juga dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba. Untuk melihat risiko keuangan, Anda dapat bersandar pada rasio leverage, sedangkan untuk metrik likuiditas, gunakan rasio likuiditas. Baca selengkapnya: Jenis-jenis Rasio Keuangan.

Scroll to Top