Modal Kerja (Working Capital): Rumus & Contoh Perhitungan

Memahami apa itu modal kerja (working capital) menjadi semakin penting karena modal kerja adalah komponen utama untuk menjalankan aktivitas operasional bisnis. Setiap bisnis atau perusahaan mungkin memiliki kebutuhan modal kerja bervariasi. Mereka harus mampu menentukan kebutuhan modal kerja secara tepat agar operasional bisnis berjalan lebih efisien dan efektif.

Bagi Anda yang mungkin ingin memulai sebuah bisnis, artikel ini mungkin dapat membantu. Kami akan membahas apa itu modal kerja, komponen utama, rumus modal kerja serta contoh perhitungan, dan working capital management.

Pengertian Modal Kerja

Modal kerja (working capital) adalah jumlah aset lancar yang diperlukan untuk menjalankan operasi bisnis sehari-hari. Dalam konteks keuangan perusahaan, modal kerja adalah salah satu indikator likuiditas perusahaan, menunjukkan apakah aset lancar perusahaan cukup untuk menutupi kewajiban jangka pendek.

Secara umum, ada dua konsep modal kerja yang sering digunakan:

  1. Modal Kerja Kotor (Gross Working Capital): Total dari aset lancar perusahaan tanpa mengurangkan kewajiban jangka pendek.
  2. Modal Kerja Bersih (Net Working Capital): Selisih antara aset lancar dan liabilitas lancar. Rumus modal kerja bersih adalah Net Working Capital (NWC) = Aset Lancar – Liabilitas Lancar.

Manajemen keuangan sering fokus pada modal kerja bersih karena ini mencerminkan kesehatan keuangan perusahaan dalam jangka pendek. Sebagai contoh, modal kerja bersih yang positif mengindikasikan perusahaan memiliki likuiditas yang baik, sementara modal kerja bersih yang negatif menandakan kekurangan dana untuk menutupi kewajiban jangka pendek.

Fungsi dan Tujuan Modal Kerja

Modal kerja (working capital) memiliki beberapa fungsi penting, seperti:

  • Memastikan Kelancaran Operasi: Dengan adanya modal kerja yang cukup, perusahaan dapat menjalankan operasional sehari-hari tanpa hambatan.
  • Proteksi dari Krisis Likuiditas: Likuiditas yang memadai melindungi perusahaan dari risiko kesulitan keuangan, terutama dalam kondisi pasar yang fluktuatif.
  • Memaksimalkan Peluang Pertumbuhan: Dengan modal kerja yang stabil, perusahaan dapat mengejar pertumbuhan dan memanfaatkan peluang pasar.

Komponen Modal Kerja

Modal kerja (working capital) terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:

  1. Piutang Usaha (Accounts Receivable): Pendapatan dari penjualan kredit yang harus segera ditagih untuk menjaga arus kas (cash flows).
  2. Persediaan (Inventory): Sumber daya yang siap dijual atau diproduksi, penting untuk memastikan ketersediaan produk tanpa membebani likuiditas.
  3. Utang Usaha (Accounts Payable): Kewajiban yang memungkinkan perusahaan memperoleh barang secara kredit, menunda pengeluaran kas.

Rumus Modal Kerja

Rumus modal kerja bisa dihitung melalui beberapa pendekatan. Berikut adalah formula working capital yang sering digunakan dalam analisis modal kerja:

  1. Rumus Gross Working Capital (GWC) adalah Total Aset Lancar perusahaan.
  2. Rumus Net Working Capital (NWC) adalah Aset Lancar – Liabilitas Lancar.
  3. Working Capital Ratio (WCR): Rasio modal kerja memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rumusnya adalah Aset Lancar ÷Liabilitas Lancar.
  4. Working Capital Turnover: Ini mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan modal kerjanya untuk menghasilkan penjualan. Rumus working capital turnover adalah: Penjualan Bersih ÷ Net Working Capital. Rasio ini idealnya tinggi, menunjukkan bahwa perusahaan dapat menggunakan modal kerja secara efisien.

Contoh Perhitungan Modal Kerja

Mari kita ambil contoh modal kerja PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk per Desember 2020:

  • Total Aset Lancar (Current Assets): Rp20.716.223
  • Total Liabilitas Jangka Pendek (Current Liabilities): Rp9.176.164

Berikut contoh cara menghitung modal kerja (working capital) berdasarkan data di atas:

  1. Gross Working Capital (GWC) = Rp20.716.223
  2. Net Working Capital (NWC) = Rp20.716.223 – Rp9.176.164 = Rp11.540.059
  3. Working Capital Ratio (WCR) = Rp20.716.223 / Rp9.176.164 = 2,26

Nilai rasio modal kerja (WCR) sebesar 2,26 menunjukkan likuiditas yang baik, artinya aset lancar perusahaan cukup untuk menutupi kewajiban jangka pendek lebih dari dua kali lipat.

Analisis Working Capital Ratio yang Baik

Rasio modal kerja yang optimal biasanya berkisar antara 1,5 hingga 2, yang menunjukkan perusahaan dapat menutupi liabilitas jangka pendek tanpa harus membatasi kegiatan operasional. Namun, nilai yang terlalu tinggi, seperti 3 atau lebih, mungkin mengindikasikan persediaan atau piutang yang tidak segera terkonversi menjadi kas.

Jenis-jenis Modal Kerja

Berikut adalah berbagai jenis modal kerja (working capital) yang umum diketahui:

  • Modal Kerja Permanen: Modal kerja yang terus-menerus dibutuhkan untuk menjaga operasi bisnis yang stabil, misalnya untuk persediaan minimum.
  • Modal Kerja Sementara: Modal yang dibutuhkan hanya pada periode tertentu, misalnya untuk memenuhi permintaan pasar yang melonjak.

Manajemen Modal Kerja

Apa itu manajemen modal kerja (working capital management)? Manajemen modal kerja adalah elemen penting dalam manajemen keuangan yang berbicara banyak tentang bagaimana perusahaan mengelola komposisi aset lancar dan liabilitas lancar. Peningkatan modal kerja dapat memaksimalkan nilai perusahaan (firm value). Di dalam manajemen modal kerja, ada sejumlah komponen penting yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut.

1. Piutang Usaha (Account Receivable)

Piutang usaha adalah penjualan secara kredit kepada pelanggan atau pendapatan yang mesti dibayarkan oleh pelanggan kepada perusahaan. Penagihan piutang harus dilakukan tepat waktu agar perusahaan tidak kekurangan kas untuk membiayai operasional dan membayar utang. Selain itu, pembayaran piutang sesuai jatuh tempo juga dapat meminimalkan risiko piutang tak tertagih alias bad debt.

2. Persediaan (Inventories)

Persediaan adalah sumber daya (resources) yang dapat dikonversi kas (cash) melalui penjualan (sales). Ketika perusahaan memiliki persediaan yang banyak dengan kebijakan kredit perdagangan dari pemasok yang ringan, itu dapat memaksimalkan penjualan (sales). Jumlah persediaan yang cukup akan meminimalkan krisis persediaan, terlebih ketika permintaan tinggi di pasar.

Kredit persediaan dari pemasok menjadi alternatif paling murah dibandingkan kredit dari lembaga keuangan seperti bank yang mengenakan bunga. Meskipun begitu, perusahaan perlu menyadari bahwa persediaan yang banyak mengindikasikan uang terkunci dalam modal kerja.

3. Utang Usaha (Account Payable)

Komponen lainnya dari modal kerja adalah utang usaha atau account payable. Secara umum, utang usaha adalah kewajiban perusahaan dalam jangka pendek terhadap pemasok atas barang yang diberikan secara kredit. Melalui utang usaha atau utang dagang, perusahaan dapat menilai kualitas produk yang dibeli sekaligus menjadi pembiayaan yang lebih murah dari utang finansial atau kredit bank.

Metode Pengukuran Modal Kerja

Salah satu ukuran atau indikator working capital management (WCM) adalah dengan menggunakan siklus konversi kas atau cash conversion cycle (CCC). Ini merupakan jeda waktu (diukur dalam hari) yang diperlukan untuk mengubah investasi dalam persediaan (seperti bahan baku) menjadi cash flow melalui penjualan (sales). Jeda waktu yang semakin lama mengindikasikan investasi modal kerja yang besar.

Di satu sisi, cash conversion cycle (CCC) yang lebih lama dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan karena menghasilkan penjualan (sales) yang tinggi. Di sisi lain, siklus konversi kas (CCC) juga dapat menurunkan profitabilitas perusahaan ketika biaya investasi modal kerja meningkat lebih cepat daripada keuntungan dari penyimpanan lebih banyak persediaan dan/atau memberikan lebih banyak piutang kepada pelanggan.

Rumus atau formula untuk menghitung siklus konversi kas adalah sebagai berikut:

CCC = DIO + DSO – DPO

Keterangan:

  • CCC = cash conversion cycle
  • DIO = days of inventory outstanding
  • DSO = days sales outstanding
  • DPO = days payables outstanding

Cara Mencari dan Menghitung Working Capital di Laporan Keuangan

Untuk menghitung modal kerja, data yang diperlukan dapat ditemukan di laporan neraca. Aset lancar, seperti kas, piutang, dan persediaan, serta liabilitas jangka pendek, seperti utang usaha dan beban yang masih harus dibayar, adalah bagian dari komponen modal kerja. Dalam praktiknya:

  1. Cari Total Aset Lancar pada bagian aktiva lancar.
  2. Cari Total Liabilitas Jangka Pendek pada bagian pasiva lancar.
  3. Hitung Net Working Capital dengan mengurangi liabilitas jangka pendek dari aset lancar.

Kebutuhan dan Tambahan Modal Kerja

Tambahan modal kerja diperlukan pada saat-saat tertentu, misalnya ketika permintaan pasar meningkat atau untuk persediaan lebih besar guna mendapatkan diskon dari pemasok. Namun, keputusan untuk menambah modal kerja harus mempertimbangkan return yang diperoleh agar biaya tambahan tersebut sepadan.

Kredit Modal Kerja (Working Capital Loan)

Kredit modal kerja adalah fasilitas kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan. Biasanya berupa pinjaman jangka pendek dari bank, yang dapat diperpanjang tergantung kebutuhan. Pinjaman ini memiliki tingkat bunga, sehingga perlu dikelola dengan baik untuk menghindari beban utang berlebih.

Apa Itu Modal Kerja Positif dan Negatif

Modal kerja positif dapat mengacu pada jumlah aset lancar yang lebih besar dari liabilitas lancar. Ini mengindikasikan likuiditas yang baik: bahwa perusahaan memiliki kemampuan melunasi atau menutupi kewajiban jangka pendek dan membiayai operasi bisnis untuk satu periode tertentu. Ketika perusahaan mengalami defisit modal kerja, mereka mungkin akan membutuhkan tambahan modal kerja dengan cara kredit, baik berupa kas (uang tunai) maupun dalam bentuk persediaan.

Modal kerja negatif mengindikasikan adanya krisis likuiditas dari suatu perusahaan, sehingga memaksa perusahaan untuk lebih banyak mengambil pinjaman untuk membayar tagihan jatuh tempo. Tantangan bagi perusahaan adalah bagaimana mencegah keterlambatan pembayaran angsuran kepada kreditur agar tidak menimbulkan krisis kepercayaan dari kreditur dan penurunan peringkat kredit perusahaan.

Modal kerja positif atau negatif tidak selalu bersifat mutlak. Dengan kata lain, modal kerja negatif bisa saja bukan masalah serius. Kembali lagi, ini sangat bergantung pada jenis bisnis perusahaan. Bagi bisnis ritel atau perdagangan makanan dan minuman sehari-hari alias toko kelontong (grocery stores), seperti Alfamart dan Indomaret. Mereka memiliki perputaran persediaan (inventory turnover) yang tinggi sehingga mampu menghasilkan pembayaran kas dari pelanggan dalam hitungan hari.

Bisnis ritel seperti Alfamart dan Indomaret mungkin hanya membutuhkan sedikit modal kerja karena dapat “menghasilkan” lebih banyak dalam jangka waktu pendek. Sedangkan bagi bisnis padat modal, seperti sektor konstruksi dan alat berat, sulit menghasilkan uang dalam jangka pendek.

Tak heran, ketika Anda melihat perusahaan konstruksi BUMN, seperti Waskita, Adhi Karya, dan Wijaya Karya, mereka memiliki rasio utang atau debt to equity ratio (DER) yang lebih tinggi. Ini justru akan meningkatkan risiko keuangan ketika penjualan produk tidak sanggup dilakukan lebih cepat. Oleh karena itu, modal kerja adalah komponen penting untuk disediakan dengan cukup.

Kesimpulan

Modal kerja adalah komponen vital dalam memastikan operasi bisnis berjalan lancar dan bebas dari krisis likuiditas. Dalam prakteknya, mengelola modal kerja (working capital) dengan baik memerlukan pemahaman mendalam tentang arus kas, persediaan, piutang, dan utang jangka pendek. Rasio dan turnover modal kerja dapat membantu perusahaan menilai efektivitas penggunaan modal kerja dalam mendukung pertumbuhan dan stabilitas finansial jangka pendek.

Scroll to Top