Memahami apa itu modal kerja (working capital) menjadi semakin penting karena modal kerja adalah komponen utama untuk menjalankan aktivitas operasional bisnis. Setiap bisnis atau perusahaan mungkin memiliki kebutuhan modal kerja bervariasi. Mereka harus mampu menentukan kebutuhan modal kerja secara tepat agar operasional bisnis berjalan lebih efesien dan efektif.
Bagi Anda yang mungkin ingin memulai sebuah bisnis, artikel ini mungkin dapat membantu. Kami akan membahas apa itu modal kerja, bagaimana rumus dan cara menghitung modal kerja, dan apa itu manajemen modal kerja.
Contents
- 1 Pengertian Modal Kerja
- 2 Tujuan dan Fungsi Modal Kerja
- 3 Rumus dan Cara Meghitung Modal Kerja
- 4 Contoh Perhitungan dan Analisis Modal Kerja
- 5 Kredit Modal Kerja
- 6 Kebutuhan Modal Kerja
- 7 Jumlah Modal Kerja Positif dan Negatif
- 8 Manajemen Modal Kerja
- 9 Pengukuran Modal Kerja
- 10 Semua Hal Tentang Modal Kerja (Working Capital)
- 10.1 1. Definisi Working Capital
- 10.2 2. Modal Kerja Positif vs. Negatif
- 10.3 3. Likuiditas
- 10.4 4. Kelancaran Operasional
- 10.5 5. Pengukuran Risiko
- 10.6 6. Pengaruh Siklus Operasional
- 10.7 7. Analisis Perubahan
- 10.8 8. Kontrol Persediaan dan Piutang
- 10.9 9. Kreditur dan Investor
- 10.10 10. Risiko Operasional
- 10.11 11. Ketidakseimbangan
- 10.12 12. Pengambilan Keputusan
- 11 Simpulan
Pengertian Modal Kerja
Apa Itu modal kerja (working capital)? Ada dua jenis modal kerja, yaitu modal kerja bersih (net working capital) dan modal kerja kotor (gross working capital). Menurut para ahli, seperti yang diungkapkan Horne & Wachowicz (2009), ketika akuntan berbicara tentang modal kerja, itu akan mengacu pada konsep modal kerja bersih. Yang dimaksud dengan modal kerja bersih adalah selisih antara aset lancar (current assets) dengan liabilitas lancar (current liabilities).
Horne & Wachowicz (2009) juga menegaskan bahwa jika dilihat dari perspektif manajemen perusahaan, perbedaan antara aset lancar dan kewajiban lancar menjadi tidak masuk akal terutama ketika itu berubah setiap saat. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam hal ini manajer keuangan berfokus pada modal kerja kotor (gross working capital). Ini dianggap lebih masuk akal dengan menyediakan jumlah aset lancar yang tepat untuk perusahaan setiap saat. Sementara itu, analis keuangan (financial analyst) menganggap modal kerja (working capital) sebagai aset lancar.
Menurut Fabozzi dan Drake (2009), modal kerja adalah gambaran likuiditas perusahaan. Dalam hal ini, modal kerja (working capital) mengacu pada jumlah aset lancar yang dimiliki perusahaan untuk suatu periode. Modal kerja mewakili sumber daya (resources) yang diperlukan untuk menjalankan operasional bisnis sehari-hari dari investasi modal jangka panjang. Sedangkan yang disebut modal kerja bersih (net working capital) adalah jumlah kelebihan aset lancar setelah dikurangi liabilitas lancar.
Tujuan dan Fungsi Modal Kerja
Perbedaan perspektif terkait working capital, apakah menggunakan net working capital atau gross working capital, adalah hal yang lumrah. Namun, invesnesia cenderung menganggap modal kerja sebagai net working capital (NWC) karena lebih jelas memberikan informasi likuiditas perusahaan. Pada dasarnya, modal kerja adalah indikator penting untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan.
Ada berbagai tujuan penggunaan modal kerja, seperti untuk memaksimalkan penjualan, proteksi dari krisis modal kerja, dan mengejar pertumbuhan melalui laba yang diperoleh. Fungsi working capital adalah sebagai ukuran kesehatan keuangan jangka pendek perusahaan dan dapat menunjukkan efisiensi perusahaan dalam aktivitas operasional.
Modal kerja, dalam hal ini net working capital adalah berbicara tentang bagaimana uang atau dana perusahaan mampu menutupi semua pengeluaran jangka pendek (jatuh tempo dalam satu tahun). Modal kerja dapat digunakan untuk membiayai operasional bisnis sehari-hari, membayar utang jangka pendek, dan membeli persediaan (inventory).
Rumus dan Cara Meghitung Modal Kerja
Ada sejumlah formula atau rumus untuk menghitung modal kerja perusahaan, setidaknya kami rangkum dalam perspektif berikut ini.
Bagi analis keuangan dan manajemen perusahaan, modal kerja adalah gross working capital (GWC) yaitu jumlah aktiva lancar perusahaan.
Gross working capital (GWC) = Jumlah atau Total current assets
Sedangkan perhitungan dengan konsep net working capital yaitu aset lancar dikurangi liabilitas lancar.
Net working capital (NWC) = Current assets – Current liabilities
Lalu, bagaimana dengan perhitungan rasio modal kerja (working capital ratio)? Dalam hal ini, invesnesia mengadopsi konsep sebagai berikut:
Working capital ratio (WCR) = Current assets / Current liabilities
Contoh Perhitungan dan Analisis Modal Kerja
Untuk lebih mudah memahami apa itu modal kerja, invesnesia akan memberikan contoh cara menghitung modal kerja perusahaan dengan konsep GWC dan NWC. Dalam hal ini, invesnesia menggunakan contoh modal kerja PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk data per Desember 2020. Working capital dapat ditemukan di dalam laporan posisi keuangan alias neraca (balance sheet).
Berdasarkan data neraca Indofood tahun 2020, diketahui angka-angka sebagai berikut:
- Total aset lancar (current assets) = 20.716.223
- Total liabilitas jangka pendek = 9.176.164
Dengan demikian, maka jumlah dan nilai modal kerja (working capital) Indofood tahun 2020 adalah sebagai berikut:
- Gross Working capital (GWC) = 20.716.223
- Net Working capital (NWC) = 20.716.223 – 9.176.164 = 11.540.059
- Working capital Ratio (WCR) = (20.716.223 / 9.176.164) = 2,26
Nilai rasio modal kerja (working capital ratio/WCR) Indofood 2020 diketahui sebesar 2,26. Cara analisis rasio modal kerja yaitu ketika rasio kurang dari 1, itu menunjukkan nilai yang negatif untuk modal kerja perusahaan. Artinya, utang lancar perusahaan lebih besar dari aset lancar. Ketika rasio lebih dari 1, itu menunjukkan nilai positif. Artinya, aset lancar perusahaan bernilai lebih besar dari utang lancar.
Di satu sisi, nilai rasio modal kerja yang tinggi menunjukkan posisi likuiditas yang baik dan mengindikasikan kesanggupan perusahaan untuk mendanai aktivitas operasi dalam rangka mengejar pertumbuhan di masa depan. Di sisi lain, nilai rasio modal kerja yang terlalu tinggi tidak selalu menjadi hal yang baik karena bisa mengindikasikan piutang membengkak dan persediaan berlebihan. Dengan kata lain, perusahaan belum mampu mengonversinya menjadi kas atau uang tunai.
Kredit Modal Kerja
Apa yang dimaksud dengan kredit modal kerja (working capital loans)? Secara umum, kredit modal kerja adalah pinjaman atau fasilitas kredit untuk membiayai komponen modal kerja atau menjalankan aktivitas operasi bisnis rutin. Pinjaman ini biasanya hanya untuk satu siklus atau periode, namun dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.
Kredit modal kerja biasanya mengacu pada kredit bank, sehingga perusahaan akan dikenakan bunga (interest). Setiap bank menetapkan besaran bunga kredit modal kerja secara bervariasi. Sebagai contoh, bunga kredit modal kerja Bank DKI yaitu 12% per year.
Apakah ada kredit modal kerja gratis atau tanpa bunga? Dalam hal ini, bisnis dapat memanfaatkan pinjaman dari pemasok (suppliers), biasanya berupa persediaan (inventories). Pinjaman dari pemasok akan dicatat sebagai utang dagang (account receivable).
Kebutuhan Modal Kerja
Ada berbagai alasan mengapa bisnis atau perusahaan membutuhan tambahan modal kerja. Misalnya seperti menghadapi musim paceklik sehingga perusahaan membutuhan tambahan modal kerja agar bisnis tetap dapat beroperasi. Selain itu, tambahan modal kerja juga diperlukan untuk ekspansi bisnis atau memenuhi permintaan pasar yang tinggi.
Tambahan modal kerja juga bisa dilakukan untuk mengejar diskon dari pemasok dengan membeli persediaan dalam jumlah lebih besar. Setiap perusahaan pasti memiliki alasan tersendiri mengapa membutuhkan modal kerja tambahan. Hanya saja, ini sebaiknya dilakukan dengan perhitungan tepat dan memiliki tujuan yang profitable.
Jumlah Modal Kerja Positif dan Negatif
Modal kerja positif dapat mengacu pada jumlah aset lancar yang lebih besar dari liabilitas lancar. Ini mengindikasikan likuiditas yang baik: bahwa perusahaan memiliki kemampuan melunasi atau menutupi kewajiban jangka pendek dan membiayai operasi bisnis untuk satu periode tertentu. Ketika perusahaan mengalami defisit modal kerja, mereka mungkin akan membutuhan tambahan modal kerja dengan cara kredit, baik berupa kas (uang tunai) maupun dalam bentuk persediaan.
Modal kerja negatif mengindikasikan adanya krisis likuiditas dari suatu perusahaan, sehingga memaksa perusahaan untuk lebih banyak mengambil pinjaman untuk membayar tagihan jatuh tempo. Tantangan bagi perusahaan adalah bagaimana mencegah keterlambatan pembayaran angsuran kepada kreditur agar tidak menimbulkan krisis kepercayaan dari kreditur dan penurunan peringkat kredit perusahaan.
Modal kerja positif atau negatif tidak selalu bersifat mutlak. Dengan kata lain, modal kerja negatif bisa saja bukan masalah serius. Kembali lagi, ini sangat bergantung pada jenis bisnis perusahaan. Bagi bisnis ritel atau perdagangan makanan dan minuman sehari-hari alias toko kelontong (grocery stores), seperti Alfamart dan Indomaret. Mereka memiliki perputaran persediaan (inventory turnover) yang tinggi sehingga mampu menghasilkan pembayaran kas dari pelanggan dalam hitungan hari.
Bisnis ritel seperti Alfamart dan Indomaret mungkin hanya membutuhkan sedikit modal kerja karena dapat “menghasilkan” lebih banyak dalam jangka waktu pendek. Sedangkan bagi bisnis padat modal, seperti sektor konstruksi dan alat berat, sulit menghasilkan uang dalam jangka pendek.
Tak heran, ketika Anda melihat perusahaan konstruksi BUMN, seperti Waskita, Adhi Karya, dan Wijaya Karya, mereka memiliki rasio utang atau debt to equity ratio (DER) yang lebih tinggi. Ini justru akan meningkatkan risiko keuangan ketika penjualan produk tidak sanggup dilakukan lebih cepat. Oleh karena itu, modal kerja adalah komponen penting untuk disediakan dengan cukup.
Manajemen Modal Kerja
Apa itu manajemen modal kerja (working capital management)? Manajemen modal kerja adalah elemen penting dalam manajemen keuangan yang berbicara banyak tentang bagaimana perusahaan mengelola komposisi aset lancar dan liabilitas lancar. Peningkatkan modal kerja dapat memaksimalkan nilai perusahaan (firm value). Di dalam manajemen modal kerja, ada sejumlah komponen penting yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
1. Piutang Usaha (Account Receivable)
Piutang usaha adalah penjualan secara kredit kepada pelanggan atau pendapatan yang mesti dibayarkan oleh pelanggan kepada perusahaan. Penagihan piutang harus dilakukan tepat waktu agar perusahaan tidak kekurangan kas untuk membiayai operasional dan membayar utang. Selain itu, pembayaran piutang sesuai jatuh tempo juga dapat meminimalkan risiko piutang tak tertagih alias bad debt.
2. Persediaan (Inventories)
Persediaan adalah sumber daya (resources) yang dapat dikonversi kas (cash) melalui penjualan (sales). Ketika perusahaan memiliki persediaan yang banyak dengan kebijakan kredit perdagangan dari pemasok yang ringan, itu dapat memaksimalkan penjualan (sales). Jumlah persediaan yang cukup akan meminimalkan krisis persediaan, terlebih ketika permintaan tinggi di pasar.
Kredit persediaan dari pemasok menjadi alternatif paling murah dibandingkan kredit dari lembaga keuangan seperti bank yang mengenakan bunga. Meskipun begitu, perusahaan perlu menyadari bahwa persediaan yang banyak mengindikasikan uang terkunci dalam modal kerja.
3. Utang Usaha (Account Payable)
Komponen lainnya dari modal kerja adalah utang usaha atau account payable. Secara umum, utang usaha adalah kewajiban perusahaan dalam jangka pendek terhadap pemasok atas barang yang diberikan secara kredit. Melalui utang usaha atau utang dagang, perusahaan dapat menilai kualitas produk yang dibeli sekaligus menjadi pembiayaan yang lebih murah dari utang finansial atau kredit bank.
Pengukuran Modal Kerja
Salah satu ukuran atau indikator working capital management (WCM) perusahaan adalah dengan menggunakan siklus konversi kas atau cash conversion cycle (CCC). Ini merupakan jeda waktu (diukur dalam hari) yang diperlukan untuk mengubah investasi dalam persediaan (seperti bahan baku) menjadi cash flow melalui penjualan (sales). Jeda waktu yang semakin lama mengindikasikan investasi modal kerja yang besar.
Di satu sisi, cash conversion cycle (CCC) yang lebih lama dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan karena menghasilkan penjualan (sales) yang tinggi. Di sisi lain, siklus konversi kas (CCC) juga dapat menurunkan profitabilitas perusahaan ketika biaya investasi modal kerja meningkat lebih cepat daripada keuntungan dari penyimpanan lebih banyak persediaan dan/atau memberikan lebih banyak piutang kepada pelanggan.
Rumus atau formula untuk menghitung siklus konversi kas adalah sebagai berikut:
CCC = DIO + DSO – DPO
Keterangan:
- CCC = cash conversion cycle
- DIO = days of inventory outstanding
- DSO = days sales outstanding
- DPO = days payables outstanding
Semua Hal Tentang Modal Kerja (Working Capital)
Working Capital, atau Modal Kerja, adalah salah satu konsep penting dalam manajemen keuangan perusahaan yang mengukur ketersediaan dana kas (aset lancar) yang dapat digunakan untuk menjalankan operasi sehari-hari.
Working Capital mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar (liabilitas jangka pendek) dan menjaga kelancaran operasional. Berikut adalah poin-poin penting tentang Working Capital:
1. Definisi Working Capital
Working Capital adalah selisih antara aset lancar (seperti kas, piutang, persediaan) dan kewajiban lancar (seperti utang dagang, utang jangka pendek).
2. Modal Kerja Positif vs. Negatif
Working Capital positif terjadi ketika aset lancar lebih besar daripada kewajiban lancar, sementara Modal Kerja negatif terjadi sebaliknya. Working Capital positif adalah kondisi yang diinginkan karena menunjukkan likuiditas yang sehat.
3. Likuiditas
Working Capital mencerminkan tingkat likuiditas perusahaan, yaitu sejauh mana perusahaan memiliki aset lancar yang dapat diubah menjadi kas dengan cepat untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo.
4. Kelancaran Operasional
Modal kerja yang cukup membantu menjaga kelancaran operasional, seperti pembayaran gaji karyawan, pembelian bahan baku, dan pemenuhan pesanan pelanggan tanpa gangguan.
5. Pengukuran Risiko
Working Capital yang rendah dapat mengekspos perusahaan terhadap risiko likuiditas jika tidak dapat memenuhi kewajiban lancar dengan cepat. Sebaliknya, Working Capital yang tinggi mengurangi risiko likuiditas.
6. Pengaruh Siklus Operasional
Working Capital sangat dipengaruhi oleh siklus operasional perusahaan, seperti waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang atau menjual persediaan.
7. Analisis Perubahan
Perubahan dalam Working Capital dari periode ke periode dapat memberikan wawasan tentang efisiensi manajemen modal kerja.
8. Kontrol Persediaan dan Piutang
Manajemen yang efisien terkait dengan persediaan dan piutang dapat membantu meningkatkan Working Capital dengan mengurangi biaya penyimpanan dan mempercepat arus kas masuk.
9. Kreditur dan Investor
Kreditor dan investor sering menganalisis Working Capital perusahaan untuk menilai risiko kredit dan kesehatan keuangan.
10. Risiko Operasional
Working Capital yang rendah dapat meningkatkan risiko operasional, seperti kesulitan dalam membayar utang atau memenuhi pesanan pelanggan tepat waktu.
11. Ketidakseimbangan
Ketidakseimbangan antara aset lancar dan kewajiban lancar dapat menyebabkan masalah keuangan, seperti kesulitan membayar utang jangka pendek atau denda keterlambatan.
12. Pengambilan Keputusan
Manajemen perusahaan menggunakan informasi Working Capital untuk pengambilan keputusan terkait pengelolaan modal kerja dan kebijakan keuangan.
Simpulan
Seperti yang dapat dilihat, working capital atau modal kerja adalah unsur penting bagi perusahaan agar dapat menjalankan kegiatan bisnis rutin. Investasi modal kerja, dalam bentuk piutang dan persediaan, diharapkan dapat dikonversi menjadi cash inflows melalui penjualan (sales) dengan nilai yang lebih tinggi. Inilah kemudian yang menghasilkan laba atau peningkatan kas (cash) sehingga juga berdampak pada ekuitas dan modal perusahaan. Dengan memahami manfaat modal kerja, bisnis diharapkan mampu memaksimalkan nilai perusahaan dengan manajemen modal kerja yang efisien dan efektif.