Aset Tetap: Pengertian, Karakteristik, Jenis, dan Perhitungan

Di dalam laporan posisi keuangan atau neraca, kita mengenal dua jenis aset atau aktiva, yakni aset lancar (current assets) dan aset tetap (fixed assets), juga disebut aset tidak lancar (non current assets). Aset lancar dan aset tetap memiliki karakteristik tersendiri sehingga mereka adalah dua hal yang berbeda. Di sini, invesnesia hanya akan berfokus untuk menyajikan materi atau makalah aset tetap (fixed assets).

Apa saja yang akan dibahas? Kita mulai dari pengertian aset tetap (fixed assets definition), bagaimana karakteristik atau kriteria aset tetap (fixed assets characteristics), jenis aset tetap (types of fixed assets), rumus dan cara menghitung aset tetap (fixed assets formula), rasio keuangan yang memperhitungkan aset tetap (financial ratios for fixed assets), dan perbedaan aset tetap dengan aset lancar. Untuk lebih jelas, berikut pembahasannya.

Pengertian Aset Tetap

apa itu aset tetap atau fixed assets

Apa itu aset tetap (fixed assets)? Disebut juga sebagai aset tidak lancar, definisi aset tetap adalah jenis aset jangka panjang (long-term assets) yang memiliki keberadaan fisik, misalnya seperti peralatan (equipment) atau bangunan (building). Aset tetap akan memberikan manfaat finansial jangka panjang bagi perusahaan. Selain itu, aset tetap tidak dimaksudkan untuk dijual kembali, kecuali manfaat ekonomis aset habis. Di dalam neraca (balance sheet), aset tetap diklasifikasikan sebagai Property, Plant, dan Equipment (PP&E).

Karakteristik Aset Tetap

Untuk memahami apa itu aset tetap (fixed assets) atau aset tidak lancar lebih mudah, berikut karakteristik dari aset tetap.

1. Masa manfaat ekonomis lebih dari satu tahun

Aset tetap adalah jenis aset tidak lancar atau aset jangka panjang dengan masa manfaat ekonomis lebih satu tahun. Di dalam neraca, fixed assets muncul sebagai Property, Plant, dan Equipment (PP&E) atau Properti, Pabrik, dan Peralatan (PPP).

2. Terjadi penyusutan atau depresiasi

Secara umum, aset tetap memiliki karakteristik yaitu dapat menyusut alias terjadi depresiasi akibat penggunaan, kecuali tanah. Aset bergerak seperti mesin dan mobil, misalnya, semakin lama pemakaian, semakin habis nilai manfaatnya. Inilah kemudian yang disebut penyusutan.

3. Keuntungan finansial jangka panjang

Aktiva tetap adalah jenis aset yang digunakan untuk operasi bisnis atau produksi yang menghasilkan produk (barang dan jasa) sehingga akan memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Dengan kata lain, aset tetap tidak dimaksudkan untuk dijual langsung kepada pelanggan alias dijadikan sebagai investasi.

4. Tidak likuid

Aktiva tetap atau aset tetap adalah jenis aset tidak likuid alias tidak mudah dikonversi menjadi kas atau uang tunai. Sebagai contoh, saat Anda memiliki aset properti, itu akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengonversi menjadi cash.

Jenis atau Macam-macam Aset Tetap

Menurut Griffin (2015), istilah lain dari aktiva tetap (fixed assets) adalah Property, Plant, dan Equipment (PPE), yang kemudian dapat dipecah ke dalam tiga jenis, yakni:

  1. Aset tetap berwujud (tangible fixed assets)
  2. Aset tetap tidak berwujud (intangible fixed assets)
  3. Wasting assets (natural assets)

PPE adalah aktiva yang digunakan suatu bisnis untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa. Ini merupakan jenis aset tetap berwujud, sebagai cotnoh, tanah  (land), bangunan (buildings), mesin (machinery), peralatan (equipment), furnitur (furniture), perlengkapan (fixtures), mobil (automobiles), dan truk (trucks).

Berdasarkan pengertian PPE dan contoh aset tetap tersebut, Anda dapat memahami seperti apa definisi aset tetap – yaitu tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dan tidak mudah dicaikan menjadi kas atau uang tunai. Kecuali tanah, pengakuan beban aset tetap lainnya diakui secara periodik, sedangkan penghapusan secara sistematis terhadap pendapatan perusahaan disebut penyusutan atau depresiasi.

1. Tangible Fixed Assets

Apa itu aset tetap berwujud (tangible fixed assets)? Ini merupakan jenis aktiva tetap yang memiliki wujud fisik yang mencakup item seperti tanah, bangunan, mesin, peralatan, perlengkapan, dan furnitur. Jenis aset ini juga termasuk kategori real property atau personal property. Aset berwujud yang tidak digunakan dalam operasi bisnis, tidak dapat diklasifikasikan sebagai PPE, namun berada di bawah item (pos) terpisah seperti aktiva lainnya.

Dalam perolehan aset tetap berwujud, ada yang disebut sebagai biaya historis (historical cost). Biaya historis adalah landasan (dasar) untuk mencatat perolehan aset berwujud dan harga yang dibayarkan untik mendapatkan aktiva pada tanggal akuisisi dan ditambah biaya-biaya lain (seperti: pengiriman, pemasangan, dan penyiapan).

Biaya historis untuk sebagian besar aset tetap berwujud, kecuali tanah, akan diakui dengan menggunakan metode penyusutan atau depresiasi sebagaI beban selama masa manfaat aktiva. Penyusutan terjadi ketika aset (aktiva) kehilangan utilitas alias kegunaannya. Meskipun perusahaan mengeluarkan biaya perbaikan dan pemeliharaan, aktiva tetap pada akhirnya akan kehilangan kontribusi atau kehabisan manfaat sehingga harus dihentikan: dijual sesuai umur ekonomis yang tersisa atau dihapuskan.

Apa itu penyusutan atau depresiasi? Depresiasi adalah kehilangan kegunaan atau manfaat, sedangkan apresiasi tidak selalu berarti peningkatan kegunaan melainkan kenaikan nilai pasar saat ini. Peningkatan nilai aset hanya akan diakui dalam catatan akuntansi ketika mereka direalisasikan alias terjadi penjualan atau pertukaran. Aktiva tetap berwujud seperti tanah (land) tidak akan menyusut karena tidak kehilangan kegunaan. Justru, nilai pasar dari tanah terapresiasi dari tahun ke tahun.

2. Intangible Fixed Assets

Aset tetap tidak berwujud adalah jenis aktiva tetap yang tidak memiliki keberadaan fisik. Nilai aktiva ini tergantung pada hak dan manfaat yang dinikmati oleh perusahaan atau pemilik. Aset tidak berwujud dicatat pada biaya yang terjadi, seperti halnya aset tetap berwujud, harus menjadi penghapusan biaya secara berkala. Pengakuan periodik biaya aktiva tidak berwujud disebut amortisasi.

Jangka waktu atau masa manfaat aset tidak berwujud akan bergantung pada estimasi tahun kegunaan yang dirasakan perusahaan, atau masa manfaat juga dapat ditentukan oleh peraturan pemerintah.  Adapun jenis aset tidak berwujud yang paling utama dan sering ditemukan di dalam neraca (balance sheet) adalah sebagai berikut:

  • Patents, copyrights, dan trademarks
  • Leases dan leaseholds
  • Licenses dan franchises
  • Goodwill

Patents, copyrights, dan trademarks

Menurut Griffin (2015), patents atau hak paten memiliki rentang usia 20 tahun yang diberikan oleh pemerintah. Paten memberikan hak eksklusif kepada perusahaan (pemegang) untuk mengontrol pembuatan dan penjualan produk. Jika perusahaan merasa bahwa produk tersebut akan menjadi usang sebelum akhir umur hukumnya, jangka waktu yang lebih pendek untuk amortisasi dapat diestimasi.

Copyrights atau hak cipta memiliki kendali atas “karya asli kepengarangan” yang ditetapkan dalam bentuk nyata. Trademarks atau merek dagang akan mewakili hak untuk menggunakan “simbol dan nama tertentu” secara eksklusif, yang diamortisasi selama jangka waktu tidak lebih dari 40 tahun.

Leases dan leaseholds

Lease atau sewa adalah kontrak antara dua pihak antara lessor dan lessee yang memberikan kepada hak kepada lessee atas penggunaan eksklusif sejumlah properti untuk jangka waktu panjang. Dikenal juga sebagai leasehold, jenis sewa yang paling umum yaitu meminta pembayaran sewa bulanan dan dibebankan pada saat deal. Ketika terjadi pembayaran sewa dibayar di muka, ini akan masuk ke dalam jenis aset tidak berwujud.

Lisensi (licenses) dan waralaba (franchises) memberikan hak bagi pemegang untuk beroperasi selama jangka waktu tertentu (dapat dinegosiasikan antara perusahaan dan penerbit). Cakupan waralaba yaitu hak atas wilayah atau pasar eksklusif, sedangkan lisensi memperoleh izin resmi (sah) untuk melakukan atau memiliki hal tertentu kepada pemegangnya. Serupa dengan aktiva tidak berwujud lainnya, lisensi dan waralaba dicatat sebesar biaya perolehan, tersebar selama usia lisensi dan waralaba.

Goodwill

Goodwill adalah salah satu jenis aktiva tidak berwujud (intangible assets) yang terdapat di dalam neraca yang menunjukkan kelebihan pembayaran dari nilai aktiva real perusahaan karena kenaikan nilai pasarnya, ini terjadi ketika terjadi akuisisi oleh bisnis lain.

Goodwill dihasilkan dari faktor-faktor seperti hubungan pelanggan yang baik, efisiensi operasi, reputasi, kualitas produk, lokasi operasi, dan peringkat kredit. Itu dicatat pada pembukuan ketika dibeli sehubungan dengan akuisisi bisnis.

Goodwill mewakili potensi bisnis untuk mendapatkan keuntungan di atas normal dan dapat disebut sebagai nilai sekarang dari pendapatan masa depan yang diharapkan yang diantisipasi di atas normal. Meskipun semua faktor di atas mungkin ada, mereka tidak dapat dicatat di bawah judul “goodwill” karena tidak ada dasar biaya yang dapat diverifikasi.

3. Wasting Assets

Komponen atau jenis aktiva tetap yang terakhir adalah wasting assets atau natural assets. Aset yang juga disebut sebagai non renewable resource ini tidak dapat diganti atau tak terbarukan. Inilah yang membedakannya dengan aset tetap berwujud dan tidak berwujud. Contoh wasting assets adalah kayu – ini dibutuhkan waktu setidaknya 30 tahun lebih untuk penanaman baru pohon hingga mencapai usia panen. Contoh wasting assets lainnya yaitu deposit mineral (mineral deposits), seperti batubara, besi, tembaga, belerang, minyak dan gas, dan sejenisnya. Pengecualian bagi kayu karena dapat ditanam kembali sedangkan sumber daya alam lainnya akan habis ketika digunakan.

Rumus dan Cara Menghitung Aset Tetap

Sebenarnya sangat mudah mengetahui rumus atau perhitungan aset tetap suatu perusahaan. Anda hanya perlu menjumlahkan semua item aset tidak lancar (aset tetap) yang terdapat di dalam laporan posisi keuangan (neraca). Agar lebih mudah, berikut contoh perhitungan aset tetap atau aset tidak lancar perusahaan telekomunikasi, sampel pada neraca Telkom untuk periode tahun 2020 (dalam miliaran).

contoh aset tidak lancar atau aset tetap telkom

Tampilan di atas adalah aset tidak lancar Telkom per 31 Desember 2020. Rumus dan cara menghitung aset tetap yaitu dengan menjumlahkan semua item, dalam hal ini terdiri dari:

  • Aset kontrak = 203
  • Penyertaan jangka panjang pada instrumen keuangan = 4.045
  • Penyertaan jangka panjang pada entitas asosiasi = 192
  • Biaya kontrak = 1.254
  • Aset tetap = 160.923
  • Aset hak guna = 18.566
  • Aset tak berwujud = 6.846
  • Aset pajak tangguhan bersih = 3.578
  • Aset tidak lancar lainnya = 4.833

Setelah menjumlahkan semua item, diperoleh jumlah aset tetap atau aset tidak lancar Telkom periode tahun 2020 yaitu sebesar 200.440.

Untuk mengetahui setiap rincian dari item aset tidak lancar, Anda dapat melihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan.

Rasio Keuangan yang Memperhitungkan Aset Tetap

Ada berbagai jenis rasio keuangan yang penting untuk menganalisis kesehatan dan kinerja keuangan perusahaan. Salah satu rasio keuangan yang menggunakan aset tetap atau aset tidak lancar sebagai basis perhitungan adalah rasio aktivitas.

Rasio aktivitas adalah rasio untuk melihat kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aset (aktiva) yang dimiliki untuk menghasilkan profit atau laba usaha. Ada empat jenis rasio aktivitas, salah satu di antaranya melibatkan aset tetap (fixed assets) sebagai perhitungan, yaitu Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover Ratio).

Secara umum, rasio perputaran aset tetap digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva tetap. Rumus atau cara menghitungnya yaitu dengan membagi penjualan (sales) dengan total aset tetap perusahaan. Sales juga dapat mengacu pada pendapatan (revenue).

Rasio perputaran aset tetap = Sales / Total Fixed Assets

Sebagai contoh, dengan mengambil sampel laporan keuangan Telkom tahun 2020, diketahui pendapatan (revenue) sebesar 136.462 dan total aset tetap (aset tidak lancar) sebesar 200.440. Dengan demikian, maka:

Rasio perputaran aset tetap = 136.462 / 200.440

Rasio perputaran aset tetap = 0,68 x (kali)

Bagaimana cara menginterpretasikan nilai rasio keuangan tersebut? Bagaimana cara analisisnya? Kami mengharapkan Anda untuk membaca selengkapnya di sini: Rasio Aktivitas: Cara Interpretasi dan Analisis.

Perbedaan Aset Tetap (Tidak Lancar) dengan Aset Lancar

Aset lancar dan aset tidak lancar (aset tetap) adalah dua hal yang jelas berbeda. Ada setidaknya 4 (empat) perbedaan yang dapat dilihat dari segi jangka waktu, likuiditas, penggunaan, dan penyusutan.

  • Jangka Waktu: Aset tidak lancar atau aktiva tetap memiliki jangka waktu lebih panjang dari aset lancar, yaitu di atas satu tahun, sedangkan aset lancar berjangka waktu pendek (di bawah satu tahun).
  • Penggunaan: Aset lancar dan aset tetap terdapat perbedaan utama. Aset lancar digunakan untuk akvitias finansial rutin perusahaan, seperti pembayaran gaji, pembayaran utang, pembelian persediaan, investasi jangka pendek, dan lainnya. Sementara itu, aset tidak lancar digunakan untuk investasi jangka panjang dan tidak untuk dijual. Aktiva tetap umumnya digunakan untuk kegiatan produksi.
  • Likuiditas: Aset tidak lancar (aset tetap) jelas tidak likuid sehingga tidak dapat dicairkan menjadi kas dalam waktu singkat. Sementara itu, aset lancar (current assets) dapat dikonversi atau dicairkan menjadi cash secara cepat.
  • Depresiasi atau Penyusutan: Aset tetap umumnya mengalami penyusutan (depresiasi) akibat manfaat kegunaan yang berkurang, namun ini terkecuali untuk tanah (land). Sementara itu, aset lancar sama sekali tidak mengalami depresiasi.

Simpulan

Aset tidak lancar atau aset tetap (fixed assets) adalah elemen yang sangat penting bagi perusahaan atau bisnis apa pun. Selain digunakan dalam operasi bisnis untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan, aktiva tetap dapat menjadi ukuran efisiensi dan efektivitas perusahaan. Salah satunya melalui rasio perputaran aset tetap. Perusahaan yang lebih efisien dan efektif dalam memanfaatkan fixed assets akan lebih menarik bagi investor untuk berinvestasi.

Scroll to Top