Invesnesia.com – Pada perdagangan Senin (17/1/2022) harga saham Bukalapak (BUKA) anjlok lebih 6% ke level Rp 366 per lembar, sekaligus menjadi harga terendah sepanjang masa (all time low/ATL). Catatan ini melanjutkan tren turun (downtrend) dan prediksi bearish pada saham e-commerce ini. Apa sebenarnya yang terjadi dan kenapa harga saham Bukalapak jatuh? Seperti apa prospek saham Bukalapak (BUKA) tahun 2022?
Pergerakan Harga Saham Bukalapak
Setelah melakukan initial public offering (IPO) dan mencatatkan saham di bursa pada tanggal 6 Agustus 2021 pada harga Rp 850 per lembar, sepanjang tahun 2021 kinerja saham Bukalapak negatif. Tercatat hingga akhir perdagangan akhir tahun 2021, harga saham BUKA ditutup pada level Rp 430 per lembar, sekaligus. Dengan demikian, saham BUKA telah koreksi lebih 50% sepanjang tahun lalu.
Seolah-olah menikmati penurunan, harga Saham Bukalapak terus melanjutkan tren turun (downtrend) hingga awal tahun 2022. Tercatat secara year-to-date hingga perdagangan Senin (17/1), saham BUKA telah anjlok hampir 15%. Rentetan kontraksi harga saham membuat sebagian besar investor ritel khususnya bertanya-tanya kenapa harga saham Bukalapak anjlok, dan seperti apa prospek saham Bukalapak, perusahaan yang didirikan oleh Achmad Zaky CS ini.
Baca juga:
Prediksi Harga Saham Bukalapak 2022
Berdasarkan grafik mingguan (weekly), terlihat pergerakan saham Bukalapak (BUKA) sedang dalam kondisi bearish dan belum terlihat titik terendah yang bisa menjadi acuan. Meskipun harga saham Bukalapak hari ini telah mencapai ATL, potensi penurunan harga masih berpeluang dan mungkin akan mencapai new ATL berikutnya di tahun 2022 ini.
Berdasarkan indikator Bollinger Bands (BB), pergerakan saham BUKA masih dalam curam yang tinggi dan sekilas tampak masih ada jarak untuk mencapai ke bawah, sekitar level harga Rp 300. Belum terlihat tanda-tanda ada proses konsolidasi, terlebih lagi pembalikan arah (reversal) untuk menentukan titik terendah harga saham BUKA, sehingga bisa ditarik dan membuat prediksi harga Bukalapak berikutnya.
Untuk saat ini setidaknya, prospek harga saham Bukalapak masih berpotensi turun, paling dekat ke level Rp 300 per lembar. Untuk prediksi harga saham Bukalapak 2022, karena belum tampak titik terendah yang kuat, maka ada cenderung harga saham BUKA akan bergerak di bawah Rp 600 sepanjang tahun 2022. Jadi dalam hal ini, prospek harga saham BUKA sepanjang tahun ini berpotensi akan tetap berada di bawah harga IPO.
Prospek Harga Saham Bukalapak Cerah Menurut Analis, Benarkah?
Dilansir katadata, sejumlah analis dan sekuritas memprediksi bahwa prospek saham Bukalapak (BUKA) berpotensi bangkit dan melihat prospek cerah pada saham teknologi tersebut. Rekomendari saham Bukalapak adalah beli (buy) dari sejumlah sekuritas tersebut. Berikut rekomendasi dari berbagai sekuritas terhadap saham BUKA.
- Mandiri Sekuritas: rekomendasi beli, target harga Rp 1.400
- UBS Sekuritas: rekomendasi beli, target harga Rp 1.150
- Morgan Sekuritas: rekomendasi beli, target harga Rp 1.000
- Sucor Sekuritas: rekomendasi beli, target harga Rp 870
Hingga kuartal tiga (Q3) tahun 2021, Bukalapak masih mencatatkan kerugian bersih (net loss) sebesar Rp 1,12 triliun. Akan tetapi, kerugian ini telah menyusut sebesar 19% dibandingkan periode yang sama tahun 2020, dengan net loss Rp 1,39 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan Q3 2021, Bukalapak membukukan pendapatan Rp 1,34 triliun, atau tumbuh 43% dibandingkan pendapatan pada periode yang sama tahun 2020. Pendapatan berasal dari tiga sektor bisnis, dan pendapatan terbesar berasal dari Mitra dengan total Rp 496,7 miliar, atau tumbuh lebih 322%. Sementara itu, bisnis marketplace mencatatkan pendapatan Rp 789,41 miliar, atau naik 5,18%. Kemudian, pendapatan yang berasal dari BukaPengadaan mencapai Rp 70,56 miliar, atau tumbuh 20,67% pada periode yang sama tahun 2020.
Prediksi Harga Saham Bukalapak Menurut J.P Morgan Sekuritas
Menurut J.P Morgan Sekuritas, ada potensi prospek saham Bukalapak akan naik dibandingkan kebanyakn saham lainnya yang sudah overweight. Prediksi target harga saham BUKA adalah mencapai Rp 1.000 pada akhir tahun 2022. Menurut analis J.P Morgan Henry Wibowo, Bukalapak adalah pemain utama di sektor online to offline (O2O) terkemuka di Indonesia, dan berhasil masuk tiga besar e-commerce untuk kota tier 2 dan tier 3.
Menurut analis tersebut, alasan prospek saham Bukalapak positif dan prediksi harga akan naik adalah sebagai berikut:
- Profil pertumbuhan perusahaan relatif kuat yang terlihat dari compound annual growth rate (CAGR) pendapatan sebesar 65% pada periode 2020 – 2023. Faktor pendorong adalah bisnis Mitra untuk meningkatkan tingkat penerimaan sebesar 2,3% pada tahun 2023 dibanding 1,6% pada tahun 2020.
- Optimisme prediksi positif untuk saham Bukalapak adalah karena berada di ekosistem Grab dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). Sebagaimana diketahui, Emtek adalah pemegang saham BUKA bersama dengan Ant Financial, Microsoft, dam GIC.
- Saham Bukalapak masuk ke dalam indeks MSCI pada semester 1 tahun 2022. Saham BUKA telah masuk ke dalam 10 saham terbesar dan menjadi satu-satunya proksi teknologi pada indeks LQ45.
Meksipun begitu, J.P Morgan Sekuritas juga telah memperhitungkan segala risiko, yaitu sebagai berikut:
- Risiko meningkatnya persaingan pada bisnis O2O Mitra sehingga akan membatasi pangsa pasar dari Bukalapak.
- Risiko meningkatkan persaingan di sektor e-commerce untuk kota tier 2 dan tier 3, yang saat ini menjadi basis utama dari segmen pasar Bukalapak.
- Risiko eksekusi monetisasi yang tidak sesuai dengan harapan sehingga berdampak pada penerimaan pendapatan di bawah rata-rata industri.
- Risiko regulasi seperti perpajakan dan izin usaha yang melibatkan e-commerce dan O2O.
Prediksi Harga Saham Bukalapak Menurut Sekuritas UBS, Mandiri, dan Sucor
Selain J.P Morgan, prediksi harga saham Bukalapak 2022 juga berpotensi positif dan prospek cerah menurut sejumlah sekuritas lainnya, termasuuk Mandiri, UBS, dan Sucor.
Prediksi harga saham Bukalapak menurut UBS Securities Asia Limited adalah rekomendasi beli (buy) dengan target harga Rp 1.150 per lembar untuk tahun 2022. Menurut analisis UBS, Navin Killa mengatakan bahwa rekomendasi buy untuk saham BUKA karena mempertimbangkan metrik valuasi seperti EV/Penjualan, EV/GMV, dan EV/gross profit dengan membandingkan beberapa perusahaan e-commerce lainnya di Asia dan AS. Sementara itu, risiko yang akan dihadapi Bukalapak adalah faktor makro, risiko regulasi/peraturan terkait penyimpanan data, privasi, komisi pedagang, dan pembayaran, serta risiko lain.
Sementara itu, Mandiri Sekuritas juga merekomendasikan buy pada saham Bukalapak dengan prospek cerah pada tahun 2022 ini, target harga di Rp 1.400 per lembar. Pertimbangannya adalah laporan keuangan per September 2021 yang telah memberikan kejelasan terkait arah perusahaan. Selain itu, Sucor Sekuritas juga konsisten mempertahankan rekomendasi beli untuk saham BUKA dengan target Rp 870 per lembar. Target ini lebih rendah dari prediksi sebelumnya, alasan pemangkasan ini karena proyeksi TPB dan laba kotor (gross profit) yang lebih rendah pada tahun 2022.
Pandangan Akhir
Saat Anda bertanya-tanya kenapa harga saham Bukalapak turun dan anjlok, itu kemudian tampak membingungkan dan kembali lagi, mengapa Anda membeli saham BUKA? Apakah Anda melakukan cukup riset untuk memprediksi harga saham?
Siapa di sini, di antara para investor ritel yang dalam mengambil keputusan investasi, masih dominan bersandar pada rekomendasi dari analis atau perusahaan sekuritas? Tidak ada yang salah dengan itu, akan tetapi, sangat disayangkan jika keputusan Anda dikendalikan oleh “pihak eksternal”, alih-alih diri Anda sendiri.
Kami mencermati ini sebagai sebuah “kekeliruan” bahwa hanya karena analis merekomendasikan positif dan prospek harga saham Bukalapak cerah khususnya tahun 2022, Anda masih tetap bertahan dengan prediksi itu. Sementara Anda tidak tahu pasti alasan mengapa Anda membeli saham BUKA. Semestinya, Anda juga harus punya argumen tersendiri. Pasalnya, belum tentu juga argumentasi dari para analis itu benar.
Orang-orang akan cenderung merasa lebih tenang terhadap situasi buruk, seperti harga saham Bukalapak anjlok lebih 50% sejak IPO. Kenapa tetap tenang? Karena pertama, mereka berada di pihak yang sama dengan kebanyakan orang. Padahal, belum tentu pilihan banyak orang menjadi opsi yang benar. Bisa saja ini menjadi keputusan keliru, siapa tahu? Alasan kedua, Anda punya alasan kuat tentang prospek saham Bukalapak ke depan, khususnyan tahun 2022. Dengan kata lain, Anda telah melakukan riset yang cukup untuk mengambil simpulan, ini telah mempertimbangkan faktor risiko dan pendorong.