Sunk Cost Adalah: Pengertian, Formula, dan Contoh

Dalam dunia bisnis dan ekonomi, istilah “biaya” mencakup berbagai jenis, salah satunya adalah sunk cost. Istilah ini tidak hanya penting bagi pelaku bisnis, tetapi juga bagi individu dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Jika Anda pernah mendengar tentang opportunity cost atau biaya peluang, sunk cost mungkin terasa serupa namun memiliki perbedaan yang mendasar. Dalam artikel ini, kita akan mengulas lebih dalam tentang apa itu sunk cost, bagaimana rumusnya, serta contoh dalam konteks bisnis dan kehidupan sehari-hari.

Apa Itu Sunk Cost?

Apa itu sunk cost? Secara sederhana, sunk cost adalah biaya yang telah dikeluarkan dan tidak dapat dikembalikan, baik saat ini maupun di masa depan. Sunk cost biasanya tidak memiliki dampak langsung pada keputusan masa depan karena sudah terjadi dan tidak dapat dipulihkan, sehingga sering disebut juga sebagai “biaya hangus.”

Dengan kata lain, sunk cost adalah biaya yang telah dikeluarkan untuk suatu aktivitas atau proyek dan tidak dapat diambil kembali, terlepas dari hasil atau keputusan yang diambil setelahnya. Biaya ini berbeda dengan biaya diferensial, yang adalah biaya yang berubah tergantung pada keputusan yang diambil.

Beberapa poin penting dalam definisi sunk cost adalah:

  1. Biaya tertanam yang terjadi di masa lalu dan tidak dapat dikembalikan.
  2. Tidak mempengaruhi keputusan masa depan secara langsung.
  3. Sunk cost merupakan bagian dari biaya tetap dalam banyak kasus, terutama dalam hal pengeluaran besar.

Formula Sunk Cost

Tidak ada formula baku untuk sunk cost karena sifatnya yang tidak relevan dalam pengambilan keputusan masa depan. Namun, secara sederhana, sunk cost adalah total biaya yang telah dikeluarkan dalam suatu proyek atau keputusan yang tidak bisa diambil kembali. Dengan kata lain, Rumus sunk cost yaitu Total Pengeluaran di Masa Lalu yang Tidak Bisa Dikembalikan. Misalnya, jika sebuah perusahaan telah menginvestasikan $100.000 dalam pengembangan produk yang akhirnya dihentikan, maka $100.000 tersebut menjadi sunk cost.

Contoh Sunk Cost dalam Bisnis

Untuk lebih memahami pengertian sunk cost, berikut beberapa contoh nyata biaya hangus dalam konteks bisnis:

  1. Biaya Iklan: Jika sebuah perusahaan mengeluarkan biaya iklan untuk memperkenalkan produk baru dan ternyata produk tersebut tidak laku di pasaran, biaya iklan yang telah dikeluarkan tidak dapat dikembalikan. Hal ini adalah contoh sunk cost.

  2. Biaya Riset dan Pengembangan (R&D): Dalam pengembangan produk baru, sering kali perusahaan mengeluarkan biaya besar untuk riset. Jika hasilnya tidak memadai atau produk tidak laku, biaya ini menjadi sunk cost.

  3. Biaya Tenaga Kerja yang Tidak Dapat Dikembalikan: Dalam mendirikan proyek atau unit bisnis baru, perusahaan harus membayar tenaga kerja yang telah dipekerjakan. Jika proyek tersebut gagal, biaya gaji tenaga kerja tetap menjadi sunk cost yang tidak bisa dikembalikan.

  4. Contoh Sunk Cost pada Startup: Banyak perusahaan startup mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk “bakar uang” demi memperluas jaringan pelanggan. Misalnya, Gojek mengeluarkan dana selama sembilan tahun pertama untuk promosi dan subsidi. Ketika akhirnya Gojek berhasil mencetak laba di tahun ke-10, biaya sebelumnya dianggap sebagai sunk cost yang membantu mereka mencapai titik laba.

Contoh Sunk Cost dalam Kehidupan Sehari-hari

Sunk cost juga sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari. Berikut adalah beberapa contohnya:

  1. Membeli Tiket Nonton Film: Jika Anda membeli tiket untuk menonton film dan ternyata tidak menyukainya setelah beberapa menit, biaya tiket tersebut adalah sunk cost. Keputusan untuk meninggalkan atau tetap menonton seharusnya tidak dipengaruhi oleh biaya yang sudah dikeluarkan.

  2. Renovasi Rumah yang Berlebihan: Jika seseorang mengeluarkan biaya renovasi besar pada rumahnya namun kemudian memutuskan untuk menjual rumah tersebut, biaya renovasi yang tidak meningkatkan harga jual adalah sunk cost yang tidak bisa dikembalikan.

  3. Keanggotaan Gym yang Tidak Digunakan: Banyak orang membeli keanggotaan gym namun kemudian jarang atau tidak menggunakannya. Biaya ini menjadi sunk cost karena tidak dapat dikembalikan meskipun mereka memutuskan berhenti berlatih.

Sunk Cost Fallacy: Pengertian dan Contoh

Sunk cost fallacy adalah kecenderungan untuk terus berinvestasi dalam proyek yang merugi hanya karena merasa sudah mengeluarkan biaya yang besar. Sunk cost fallacy ini sering terjadi dalam berbagai konteks, baik bisnis maupun pribadi.

  • Contoh sunk cost fallacy dalam bisnis yaitu tetap menjalankan proyek yang tidak menguntungkan. Suatu perusahaan telah menginvestasikan jutaan dolar dalam proyek yang terus merugi, namun mereka enggan menghentikannya karena “terlanjur mengeluarkan biaya besar.” Hal ini adalah sunk cost fallacy.
  • Contoh sunk cost fallacy dalam hubungan yaitu bertahan dalam hubungan yang tidak sehat. Dalam kehidupan pribadi, seseorang mungkin tetap mempertahankan hubungan yang tidak bahagia hanya karena sudah menghabiskan banyak waktu dan emosi. Mereka merasa bahwa meninggalkan hubungan berarti “menyia-nyiakan investasi” mereka.

Mengapa Sunk Cost Penting dalam Strategi Bisnis?

Pentingnya sunk cost dalam bisnis tidak hanya pada biaya yang dikeluarkan, tetapi juga pada strategi dan daya saing di pasar. Sunk cost dalam bahasa Indonesia yang berarti “biaya hangus” sering menciptakan hambatan masuk (barrier to entry) bagi pesaing baru. Perusahaan yang memiliki sunk cost tinggi di sektor iklan, riset, atau infrastruktur biasanya lebih sulit diganggu oleh pendatang baru karena biaya yang tidak dapat dikembalikan ini memberikan keuntungan kompetitif.

Sunk Cost dalam Perspektif Investasi dan Pengambilan Keputusan

Dalam investasi dan bisnis, pemahaman tentang sunk cost memiliki implikasi besar terhadap pengambilan keputusan yang rasional. Sunk cost adalah biaya yang seharusnya tidak mempengaruhi keputusan di masa depan, tetapi dalam kenyataannya, banyak orang tetap tergoda untuk mempertimbangkan biaya tersebut.

Menghindari Sunk Cost Fallacy dalam Investasi dan Bisnis

  1. Evaluasi Berdasarkan Prospek Masa Depan: Pastikan bahwa setiap keputusan didasarkan pada biaya dan manfaat yang akan datang, bukan pada sunk cost.
  2. Pisahkan Emosi dari Keputusan: Hindari keterikatan emosional dengan biaya yang telah dikeluarkan agar tidak terjebak dalam sunk cost fallacy.
  3. Lakukan Penilaian Rutin: Evaluasi secara berkala apakah proyek atau investasi yang sedang dijalankan masih memiliki prospek yang menguntungkan.

Contoh: Misalnya, seorang investor telah membeli saham perusahaan yang nilainya menurun terus. Keputusan rasional adalah menjual saham tersebut jika prospek di masa depan tidak menguntungkan, terlepas dari biaya yang telah dikeluarkan untuk membeli saham.

Scroll to Top