Istilah crypto crash akhir-akhir ini mendapatkan popularitas tinggi saat pasar kripto mengalami depresiasi hebat. Inilah alasan kebanyakan investor pemula bertanya-tanya apa itu crypto crash dan apa faktor penyebabnya, lalu apa yang membedakannya dengan crypto winter dan koreksi koin kripto (crypto correction).
Definisi Crypto Crash, Crypto Winter, dan Koreksi Koin Kripto
Dalam perspektif sederhana, crypto crash adalah suatu kondisi di mana pasar cryptocurrency secara keseluruhan mengalami penurunan harga signfikan (di atas 20%) dan menjadi indikasi datangnya pasar bearish atau crypto bear market. Ini ditunjukkan dari harga-harga kebanyakan coins yang terus melemah dalam jangka waktu minimal dua bulan. Lalu, apa perbedaan crypto crash, crypto winter, dan koreksi koin crypto?
Crypto winter adalah periode yang lebih parah daripada sekadar bearish, ini merupakan kondisi saat pasar kripto berada di level rendah (bawah) secara jangka panjang, katakanlah di atas satu tahun. Ini juga bagian dari apa yang disebut siklus pasar crypto. Kemudian, yang dimaksud dengan koreksi crypto adalah penurunan harga secara sehat yang terjadi saat pasar dalam tren naik (uptrend), dan menjadi indikasi harga akan berlanjut ke atas. Namun, beberapa orang mungkin mendefisinikan secara berbeda.
Penyebab Crypto Crash
Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya crypto crash atau harga pasar kripto turun (anjlok) secara signifikan, yaitu sebagai berikut.
- Tidak memiliki utilitas yang cukup
- FUD – Fear, Uncertainty and Doubt
- Masalah regulasi
- Peretasan, penipuan, dan masalah teknis
- Utang margin
- Manipulasi pasar
1. Tidak Memiliki Utilitas yang Cukup
Istilah lain dari utilitas adalah kegunaan atau manfaat. Salah satu faktor penyebab terjadinya crypto crash untuk koin tertentu yaitu karena tidak memiliki utilitas yang cukup atau sangat minim. Ini biasanya terjadi pada token atau koin kripto dengan proyek yang tidak jelas, atau tidak memiliki gambaran yang konkret tentang apa solusi yang ingin diberikan dalam kehidupan nyata.
Aset kripto jenis ini biasanya diterbitkan hanya untuk mengambil momentum dari tren yang ada, misalnya pada meme coin. Sebagian besar koin meme tidak punya utilitas yang baik dan cukup. Orang-orang membeli crypto ini hanya karena lagi tren, basis emosional, dan tanpa fundamental yang jelas. Tak heran, cryptocurrency meme coin cenderung lebih mudah terjadi crash.
Namun, ada banyak crypto dengan utilitas terbaik (meskipun belum sempurna), salah satunya Bitcoin yang dapat menjadi alternatif pembayaran dan dapat menjadi komoditas investasi. Negara seperti El Salvador bahkan telah resmi menjadikan Bitcoin (BTC) sebagai mata uang digital legal yang dapat menjadi alat moneter untuk transaksi pembayaran.
2. FUD – Fear, Uncertainty and Doubt
Faktor paling umum yang menjadi penyebab crypto crash adalah fear, uncertainty and doubt (FUD). Ketakutan, ketidakpastian, dan keraguan biasanya terjadi pada pasar kripto secara keseluruhan karena memang sektor ini masih terbilang baru dan lebih banyak pertanyaan yang muncul. Meskipun cryptocurrency adalah revolusi besar dan tidak sedikit yang menawarkan utilitas dan solusi, pergerakan harga masih tergantung pada sentimen investor.
Misalnya pada bulan Mei 2021, CEO Tesla Elon Musk mengumumkan bahwa perusahaannya tidak lagi menerima Bitcoin (BTC) sebagai pembayaran. Ini kemudian membuat harga BTC anjlok hingga 10%. Selain itu, berita seperti peristiwa ekonomi makro, kenaikan suku bunga, inflasi, resesi, dan sebagainya juga dapat menjadi faktor pendorong crypto crash sebagai bagian dari FUD.
3. Masalah Regulasi
Ini mungkin menjadi sesuatu yang saat ini tampak lumrah, karena memang orotitas atau pihak-pihak terpusat selalu menentang Bitcoin dan pasar crypto secara keseluruhan. Tak jarang, sentimen regulasi dan peraturan yang diperketat atau bahkan pelarangan penuh sering kali menjadi pemicu utama terjadinya crypto crash, harga kripto turun sangat signifikan. Meskipun begitu, melihat utilitas yang ditawarkan, sejumlah negara mulai lunak terhadap crypto.
4. Peretasan, Penipuan, dan Masalah Teknis
Peretasan yang terjadi pada pertukaran kripto/crypto exchanges menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya crypto crash. Jika pertukaran utama diretas dan investor kehilangan dana secara signifikan, dorongan aksi jual sulit terhindarkan karena orang-orang kehilangan kepercayaan terhadap platform tersebut. Sebagai contoh, peretasan Mt. Gox pada tahun 2014 telah menyebabkan 850 ribu Bitcoin hilang atau pada saat itu setara dengan $470 milar. Ini kemudian membuat harga BTC anjlok lebih 20%.
Selain peretasan, aktivitas penipuan di industri kripto juga dapat menjadi penyebab crypto crash. Beberapa contoh paling menonjol seperti Squid Game yang mana penipu menggunakan skema pump and dump dan scammers berhasil meraup cuan lebih $14 miliar dari pasar. Mereka sengaja menargetkan investor kripto dengan profil risiko tinggi dan sangat sentimen terhadap tren-tren terbaru.
Kemudian, crypto crash berikutnya juga dapat disebabkan oleh masalah teknis, seperti pada teknologi yang mendasari cryptocurrency tersebut. Hal ini menjadi pemicu terjadinya aksi jual dan tekanan yang tinggi membuat harga kripto turun signifikan. Ini misalnya terjadi pada masalah teknis Ethereum pada tahun 2016 yang menyebabkan hilangnya 3,6 juta Ether akibat peretasan, atau senilai $50 juta. Kelemahan faktor teknis ini kemudian dimanfaatkan oleh peretas yang memang ahli dalam bidangnya.
5. Utang Margin
Margin kripto pada perdagangan futures bisa menjadi pemicu crypto crash. Perdagangan margin merupakan akses yang diberikan oleh broker atau crypto exchange kepada investor berupa utang atau pinajaman dana agar investor dapat mencapai level transaksi lebih tinggi. Di sati sisi, marging trading dapat memaksimalkan cuan atau profit, tetapi di sisi lain risiko kerugian juga meningkat. Ketika sentimen negatif tertentu datang, harga dapat turun semakin dalam akibat terjadinya likuidasi pada perdagangan margin, di mana investor tidak mampu mempertahankan posisinya.
6. Manipulasi Pasar
Penyebab lainnya dari crypto crash adalah manipulasi pasar – terjadi kertika suatu pihak tertentu menyebarkan sentimen negatif secara sengaja dan mendorong FUD sehingga memengaruhi psikologis sebagian besar investor. Ini kemudian memicu aksi jual secara besar-besaran dan di sinilah manipulator mengambil keuntungan. Biasanya, manipulasi pasar dilakukan oleh whales atau pihak-pihak dengan dana besar. Pertama-tama, paus (whales) mendorong harga naik, kemudian investor ritel masuk di harga tinggi. Setelah itu, whales bekerja sama dengan beberapa pihak untuk menebarkan FUD dan mereka menjual kepemilikannya sehingga mendorong harga kripto anjlok.
Cara Melindungi Investor Crypto dari Crypto Crash
Pertama-tama yang perlu dipahami bahwa crypto adalah instrumen aset dengan volatilitas tinggi, sehingga harga naik turun secara signifikan akan menjadi konsekuensi. Namun, ada beberapa cara untuk melindungi dana investasi Anda, khususnya dari crypto crash.
- Diversifikasi portofolio investasi. Alih-alih hanya membeli aset kripto, Anda juga berinvestasi di saham, obligasi, reksa dana, CFD, dan lainnya. Anda bisa membuat alokasi tertentu, sesuai dengan preferensi dan profil risiko.
- Gunakan uang dingin. Saat harga kripto anjlok atau bahkan terjadi crypto crash, itu bukan sesuatu yang terlalu mengkhawatirkan jika Anda menggunakan uang dingin dan berinvestasi dalam jangka panjang. Uang dingin artinya adalah uang yang memang dikhususnya untuk investasi, bukan uang untuk biaya kehidupan sehari-hari, apalagi uang dari hasil utang pinjol.
- Fokus pada fundamental. Sekali pun misalnya siklus crypto menunjukkan tren pelemahan dan pasar bearish, pada suatu waktu itu akan pulih. Crypto dengan fundamental bagus biasanya akan lebih cepat pulih daripada aset kripto lainnya. Selain itu, berinvestasi pada fundamental juga mampu menepis rasa khawatir yang berlebihan saat terjadi depresiasi harga tinggi.
- Dollar-cost averaging (DCA). Ini merupakan salah satu strategi dalam investasi, tidak hanya pada crypto, tetapi juga bisa untuk saham dan sebagainya. Intinya, strategi DCA artinya Anda berinvestasi secara bertahap: membeli crypto dengan jumlah uang yang sama setiap periode secara konsisten, alih-alih menghabiskan semua modal dalam satu waktu. Strategi ini lebih aman untuk investor pemula. Baca selengkapnya di sini: Mengenal Strategi DCA.
- HODL. Istilah HODL dalam crypto sangat populer yang mengacu pada Hold On for Dear Life (bertahan seumur hidup). Frasa ini sebenarnya pelesetan dari HOLD, dan sering kali muncul saat terjadi penurunan harga, dan orang-orang tampak saling menguatkan dengan memunculkan hashtag “HODL” di platform media sosial, seperti Twitter misalnya. Pada intinya, HODL memberikan dorongan agar investor mempertahankan posisinya atau tidak menjual kepemilikan crypto
Pandangan Akhir
Well, crypto crash adalah kondisi yang kurang baik karena ini menunjukkan harga pasar crypto turun secara signifikan alias anjlok. Namun, crypto crash berbeda dengan crypto winter dan koreksi koin kripto. Pada akhirnya, penurunan harga kripto sebenarnya menjadi suatu keniscayaan, karena begilah cara kerja pasar yang dibayangi oleh permintaan dan penawaran, serta dihiasi oleh berbagai sentimen. Selain itu, pasar bearish atau crypto bear market juga menjadi bagian dari siklus pasar, sehingga koreksi dan pelemahan menjadi tampak wajar. Dalam jangka panjang, prospek crypto secara umum masih sangat menjanjikan, ini tercermin dari popularitas dan tingkat adopsi yang meningkat.