Dalam dunia bisnis, istilah BEP atau break even point adalah titik impas dari modal investasi. Setiap perusahaan harus mampu mengukur berapa jumlah penjualan unit produk yang harus dicapai untuk menutupi biaya operasional bisnis. Oleh karena itu, perhitungan dan analisis BEP sangat diperlukan. Artikel ini menyajikan makalah break even point dengan pembahasan yang lengkap. Mulai dari pengertian, manfaat, tantangan, komponen, rumus BEP dan cara menghitung BEP, contoh soal, grafik BEP, dan analisis break even point (BEP).
Contents
- 1 Pengertian Break Even Point (BEP Definition)
- 2 Manfaat Break Even Point
- 3 Tantangan Break Even Point
- 4 Komponen Break Even Point
- 5 Rumus dan Cara Menghitung Break Even Point
- 6 Contoh Soal Perhitungan Break Even Point
- 7 Cara Analisis Break Break Even Point
- 8 Mengapa Perlu Melakukan Analisis BEP?
- 9 Kapan Sebaiknya Melalukan Analisis BEP?
- 10 Analisis BEP dengan Tepat
- 11 Semua Hal Penting tentang BEP (Break Even Point)
Pengertian Break Even Point (BEP Definition)
Apa itu break even point, seperti apa perhitungan dan rumus BEP? Secara umum, break even point adalah titik impas, kondisi di mana pendapatan dan beban bernilai sama dalam satu periode akuntansi. Dengan kata lain, perusahaan tidak mengalami kerugian bisnis dan tidak pula memperoleh laba. BEP adalah indikator penting untuk menentukan penjualan (sales) atau pendapatan (revenue) yang harus dicapai perusahaan untuk menutupi total biaya (total cost) selama periode yang spesifik, bulanan, triwulan, semester, atau tahunan.
Break even point (BEP) tidak hanya digunakan dalam perhitungan bisnis akuntansi perusahaan saja. BEP adalah indikator yang digunakan investor dalam investasi saham, investasi reksa dana, cryptocurreny, trading forex, dan lainnya. BEP merupakan nilai yang harus dicapai agar biaya investasi awal dapat di-cover. Ketika perusahaan atau investor mampu melebihi titik impas alias BEP, selisihnya adalah total profit (return). Sebaliknya, jika tidak mampu mencapai BEP, selisihnya adalah total kerugian.
Contoh BEP sederhana dalam bisnis seperti pada UMKM coffee shop. Asumsi bahwa bisnis mengeluarkan total biaya mencakup HPP (COGS) dan beban-beban lainnya sebesar Rp 50 juta selama periode satu bulan. Katakanlah bisnis mampu menghasilkan pendapatan dengan jumlah yang sama, yaitu Rp 50 juta. Dalam hal ini, bisnis coffee shop telah mencapai titik impas atau break even point untuk periode satu bulan.
Sedangkan contoh BEP sederhana pada investasi di instrumen tertentu, misalnya saham, asumsi bahwa Anda beli saham BCA (BBCA) sebanyak 10 lot pada harga Rp 30.000 per lembar. Jumlah uang pembelian adalah toal uang pembelian saham ditambah biaya dan fee transaksi broker. Dengan ini, maka jumlah pembelian 10 lot BBCA adalah Rp 30 juta. Katakanlah total fee dan biaya-biaya terkait adalah 2% atau setara dengan Rp 600 ribu. Dengan demikian, untuk mencapai break even point (BEP), Anda harus melakukan penjualan saham bersih senilai Rp 30,6 juta.
Manfaat Break Even Point
Sebelum masuk ke perhitungan dan rumus BEP, penting untuk mengetahui kelebihan atau manfaat analisis break even point bagi bisnis dan perusahaan, yaitu:
- BEP mudah digunakan, dihitung, dan diinterpretasi. Break-even analysis memungkinkan setiap bisnis, termasuk umkm, untuk mengukur kinerja periodik mereka tanpa perhitungan yang ribet.
- Analisis BEP membantu evaluasi pencapaian perusahaan dan pengambilan keputusan strategi.
- Break-even analysis dapat mencerminkan kemampuan manajemen operasional perusahaan, bagaimana mereka mencapai penjualan dan mengelola biaya secara efisien.
Tantangan Break Even Point
Meskipun memiliki sejumlah kelebihan, break even point juga memiliki sejumlah kontra (cons), kekurangan, atau keterbatasan tertentu, yaitu:
- Titik impas suatu bisnis biasnya menggunakan proyeksi sehingga tidak ada kepastian bahwa nilai tertentu bisa mencapai break even point (BEP).
- Tantangan dalam perhitungan BEP adalah biaya variabel (variable cost) yang berubah-ubah setiap saat karena perubahan kondisi pasar.
- Jika perusahaan memiliki variasi produk yang banyak, penentuan biaya tetap lebih kompleks dan perhitungan break even point (BEP) akan membutuhkan waktu lebih banyak.
- BEP adalah metrik yang hanya membantu Anda untuk mencapai titik impas atau balik modal dari aktivitas bisnis. Namun, BEP tidak dapat menjadi acuan permintaan pasar. Anda mungkin akan mengetahui unit produk yang harus dijual dengan harga tertentu. Namun, itu tidak pasti akan terjual dalam jumlah yang sama pada suatu periode karena permintaan pasar fluktuatif.
- BEP menuntut Anda untuk memiliki data yang andal dan akurat. Pasalnya, perhitungan break even point bisa menjadi lebih rumit ketika Anda tidak mampu membuat kategori biaya tetap dan biaya variabel secara tepat. Anda mungkin memiliki tenaga kerja tetap, tetapi juga mesti menghitung biaya tenaga kerja tambahan.
Komponen Break Even Point
Ketika masuk ke rumus BEP atau perhitungan break even point, ada sejumlah komponen BEP yang penting untuk dicermati dan dipahami, yaitu:
- Biaya variabel (variable costs). Ini merupakan jenis biaya yang berubah-ubah tergantung volume dan kapasitas produksi. Contoh, biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.
- Biaya tetap (fixed cost). Ini merupakan biaya yang sama sekali tidak berubah dalam periode akuntansi meskipun terjadi peningkatan dan/atau penurunan volume produksi. Contoh, biaya gaji karyawan, biaya sewa, biaya bunga, overhead pabrik, dan biaya penyusutan (depresiasi).
- Harga Jual Produk Per Unit. Untuk menentukan harga jual, secara sederhana perusahaan dapat menghitung biaya langsung (bahan baku dan tenaga kerja langsung) dan biaya overhead (biaya tidak langsung), lalu dibagi dengan jumlah unit produksi, maka diperoleh biaya produk per unit. Kemudian, perusahaan dapat mengambil margin keuntungan tertentu di atas biaya produk per unit. Baca juga: Strategi Penetapan Harga Produk.
- Pendapatan (revenue). Ini merupakan arus kas masuk (cash inflows) akibat penjualan (sales) yang dilakukan perusahaan. Pendapatan berbeda dengan laba. Untuk menghitung laba, perusahaan harus mengurangi pendapatan dengan semua biaya. Bagaimanapun juga, revenue dapat menjadi metrik untuk mencari titik impas atau break even point/BEP perusahaan.
Rumus dan Cara Menghitung Break Even Point
Cara menghitung break even point secara sederhana dapat menggunakan formula atau rumus BEP berikut ini.
Rumus break even point adalah BEP = Biaya tetap / (Harga jual produk per unit – Biaya variabel per unit).
Dengan kata lain, langkah-langkah menghitung BEP adalah sebagai berikut:
- Hitung jumlah biaya tetap perusahaan selama satu periode tertentu.
- Tentukan harga jual produk per unit selama satu periode tertentu.
- Tentukan biaya variabel per unit selama satu periode tertentu.
- Biaya tetap dibagi dengan selisih antara harga jual per unit dengan biaya variabel per unit, maka akan menghasilkan break even point atau BEP.
Untuk lebih mudah memahami, berikut contoh soal perhitungan BEP perusahaan.
Contoh Soal Perhitungan Break Even Point
Mari kita lihat rumus BEP dan contoh perhitungan BEP melalui contoh kasus. Diketahui sebuah bisnis coffee shop mengeluarkan biaya tetap operasional sebesar Rp 50 juta per bulan dengan biaya tidak tetap atau biaya variabel Rp 10 ribu per unit dan harga jual produk Rp 30 ribu per unit. Berapakah unit produk yang harus dijual perusahaan agar balik modal atau mencapai titik impas (break even point/BEP)?
Jawaban pehitungan BEP:
- BEP = Biaya tetap / (Harga jual produk per unit – Biaya variabel per unit)
- BEP = Rp 50 juta / (Rp 30 ribu – Rp 10 ribu)
- BEP = Rp 50 juta / Rp 20 ribu
- BEP = 2.500 unit
Dengan demikian, untuk mencapai break even point, perusahaan coffee shop harus menjual sebanyak 2.500 unit produk untuk satu periode tertentu.
Grafik BEP
Berdasarkan contoh soal perhitungan break even point di atas, grafik BEP dapat digambarkan sebagai berikut:
Melalui grafik BEP, Anda akan lebih mudah melihat rincian terkait titik impas (BEP), garis pendapatan, garis biaya tetap, dan garis total biaya (biaya tetap + biaya variabel).
Cara Analisis Break Break Even Point
Apa itu analisis break even point (BEP)? Secara umum, break-even analysis adalah indikator untuk menentukan suatu titik di mana perusahaan harus mencapai penjualan tertentu agar menutupi total biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode akuntansi.
Analisis BEP atau titik impas akan membantu bisnis agar tidak mengalami kerugian secara terus-menerus karena tidak mampu mengontrol biaya dan memaksimalkan penjualan. Analisis break even point juga membantu menunjukkan apakah biaya tetap terlalu mahal atau sudah efisien.
Coba perhatian biaya tetap pada contoh soal di atas yang mana berjumlah Rp 50 juta, atau setara Rp 20 ribu per unit. Jika dibandingkan dengan biaya variabel yang hanya Rp 10 ribu per unit, artinya biaya tetap per unit bisnis coffee shop jauh lebih tinggi.
Apakah ini sudah ideal atau masih dapat diminimalkan? Ini tergantung sektor bisnis. Ada bisnis yang membutuhkan aset tetap besar untuk menjalankan operasional bisnis, ada pula yang membutuhkan aset lancar yang lebih banyak. Dengan kata lain, Anda dapat melakukan perbandingan dengan sektor bisnis yang sama.
Perusahaan ritel makanan dan minuman harian seperti Alfamart mungkin akan membutuhkan lebih banyak aset lancar dalam bentuk persediaan (inventories) dibandingkan aset tetap. Sedangkan perusahaan manufaktur mungkin akan lebih banyak membutuhkan aset tetap untuk menjalankan kegiatan produksi. Jadi, kedua sektor bisnis ini tentu saja memiliki karakteristik tersendiri sehingga tidak relevan untuk dibandingkan.
Mengapa Perlu Melakukan Analisis BEP?
Ada banyak manfaat dengan melakukan analisis break even point (BEP) yaitu:
-
Menentukan harga jual produk kompetitif
Ketika Anda melakukan analisis BEP, Anda akan memperhitungkan berapa biaya tetap (fixed costs), biaya varibel, dan jumlah unit yang perlukan untuk menetapkan harga jual produk. Dengan demikian, Anda akan mampu mengambil margin keuntungan yang ideal atau kompetitif untuk memaksimalkan laba.
-
Menutupi biaya tetap
Berapapun jumlah unit yang Anda produksi, biaya tetap akan bernilai sama alias harus dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Dengan melakukan analisis break even point (BEP), itu memungkinkan Anda untuk mengestimasi berapa unit produk yang harus dijual agar biaya tetap dapat bayar.
-
Menentukan target revenue
Setiap perusahaan sudah seharusnya memiliki target pendapatan yang dihasilkan dari penjualan produk. Dengan melakukan analisis BEP, Anda akan memahami berapa penjualan yang harus direalisasikan untuk mencapai tingkat revenue tertentu.
-
Mengambil keputusan strategis
Analisis break even point (BEP) dapat membantu Anda mengambil keputusan strategis, misalnya apakah total biaya operasional sudah efisien atau belum? Bagaimana perbandingan harga produk dengan pesaing? Ketika pesaing atau kompetitor Anda menetapkan harga produk yang lebih murah dengan kualitas yang setara dengan produk Anda, mengapa mereka dapat melakukan itu? Dengan analisis BEP, semuanya akan tampak jelas. Bisa saja mereka lebih efisien dalam menekan biaya operasional bisnis.
Kapan Sebaiknya Melalukan Analisis BEP?
Setelah memahami cara menghitung BEP, rumus BEP, dan contoh soal beserta grafik BEP, Anda mungkin bertanya-tanya kapan waktu yang tepat untuk menganalisis break even point? Setidaknya ada tiga periode waktu untuk melakukan analisis break even point (BEP).
1. Memulai bisnis baru dan mengubah model bisnis
Bagi Anda yang mungkin akan memulai bisnis rintisan (startup) atau bisnis baru, memahami perhitungan dan analisis break even point (BEP) adalah hal terpenting. Meskipun mungkin Anda belum memiliki data yang reliable, Anda bisa membuat estimasi atau proyeksi. Caranya dengan melihat atau mengacu pada data kompetitor. Selain itu, analisa BEP juga perlu digunakan ketika Anda mengubah model bisnis.
2. Menciptakan produk baru
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada tantangan break even point, semakin banyak produk yang dihasilkan, perhitungan BEP akan membutuhkan waktu lebih banyak. Tentu saja, Anda tidak dapat menggeneralisasi semua produk ke dalam satu perhitungan saja. Kenapa? Karena setiap produk memiliki harga jual dan biaya variabel yang berbeda. Jadi, ketika Anda ingin membuat produk baru, pastikan untuk melakukan analisis break even point terlebih dahulu.
3. Menambahkan saluran penjualan baru
Mungkin sebelumnya penjualan bisnis Anda hanya bersifat offline, dan Anda berniat untuk membuka saluran penjualan baru (new sales channel) untuk memperluas jaringan pasar. Anda mungkin akan menemukan biaya-biaya baru yang tidak ada pada penjualan offline, sebagai contoh biaya digital marketing. Dengan demikian, Anda harus menyesuaikan kembali harga jual produk sehingga perlu dilakukan analisis break even point (BEP).
Analisis BEP dengan Tepat
Break even point atau BEP adalah titik impas dari aktivitas bisnis, artinya Anda akan memperoleh pengembalian modal dalam jumlah yang sama, tidak lebih dan tidak kurang. Analisis BEP bermanfaat untuk mengukur apakah biaya tetap bisnis sudah efisien atau terlalu besar; apakah margin keuntungan dari harga jual sudah ideal; apakah perubahan biaya variabel sangat signifikan atau stabil.
Semuanya dapat diketahui ketika Anda melakukan analisa break even point. Ditambah lagi dengan deskripsi dengan grafik BEP, Anda akan lebih mudah melihat historis volume penjualan. Karena menjadi elemen penting dalam bisnis, stakeholder perusahaan perlu memahami dengan baik apa itu BEP, rumus BEP, dan cara analisis BEP.
Semua Hal Penting tentang BEP (Break Even Point)
Break Even Point (BEP) adalah salah satu konsep penting dalam analisis biaya, keuangan, dan bisnis. Berikut adalah beberapa poin penting tentang Break Even Point (BEP):
1. Definisi BEP
Break Even Point (BEP) adalah tingkat penjualan atau produksi di mana total pendapatan sama dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak menghasilkan laba atau rugi. Dalam kata lain, ini adalah titik di mana perusahaan “balik modal” dan tidak mengalami keuntungan atau kerugian bersih.
2. Penting dalam Perencanaan Bisnis
BEP adalah alat yang penting dalam perencanaan bisnis karena membantu perusahaan menentukan jumlah minimum produk yang harus dijual atau diproduksi untuk mencapai titik impas. Ini membantu dalam penetapan harga, perencanaan produksi, dan proyeksi keuangan.
3. Komponen BEP
BEP dapat dihitung berdasarkan dua komponen utama: biaya tetap (Fixed Costs) dan biaya variabel per unit (Variable Costs per Unit). Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah terlepas dari tingkat produksi atau penjualan, sedangkan biaya variabel per unit adalah biaya yang berubah seiring dengan produksi atau penjualan tambahan.
4. Rumus BEP
Ada beberapa cara untuk menghitung BEP, tetapi rumus umumnya adalah BEP = Biaya Tetap / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit). Dalam rumus ini, BEP diukur dalam unit produk atau penjualan.
5. Grafik BEP
BEP dapat diilustrasikan dalam bentuk grafik yang dikenal sebagai grafik BEP. Ini adalah titik di mana kurva pendapatan (revenue curve) dan kurva biaya total (total cost curve) bersilangan. Di atas BEP, perusahaan menghasilkan laba, sementara di bawah BEP, perusahaan mengalami kerugian.
6. Pengaruh Harga dan Biaya
Tingkat harga jual per unit dan biaya variabel per unit memengaruhi BEP. Menaikkan harga jual per unit atau menurunkan biaya variabel per unit akan menurunkan BEP, sehingga perusahaan dapat mencapai titik impas lebih cepat.
7. Fleksibilitas dalam Manajemen
BEP memungkinkan manajer untuk mengidentifikasi seberapa baik bisnis mereka dapat menanggung biaya tetap dan variabel. Ini membantu dalam perencanaan bisnis jangka panjang dan pengambilan keputusan seperti menentukan target penjualan yang diperlukan.
8. Peran dalam Analisis Risiko
BEP juga berguna dalam menganalisis risiko bisnis. Dengan mengetahui BEP, perusahaan dapat memahami seberapa besar fluktuasi penjualan yang dapat mereka hadapi sebelum mengalami kerugian.
9. Perhitungan untuk Usaha Baru
Ketika perusahaan memulai usaha baru, perhitungan BEP membantu dalam menentukan apakah usaha tersebut akan menguntungkan atau tidak. Ini membantu pemilik usaha mengukur risiko dan potensi keuntungan.
10. Evolusi BEP
BEP dapat berubah seiring waktu karena perubahan dalam biaya tetap, biaya variabel, dan harga jual per unit. Oleh karena itu, perusahaan perlu memonitor BEP secara teratur dan menyesuaikannya sesuai dengan perubahan kondisi bisnis.