Salah satu konsep fundamental dalam ekonomi, permintaan (demand), mampu menggambarkan keinginan konsumen untuk membeli barang atau jasa pada berbagai tingkat harga. Memahami dinamika permintaan sangat penting, karena memengaruhi produksi, harga, dan kebijakan ekonomi. Kurva permintaan, yang menunjukkan hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta, menjadi alat kunci dalam analisis pasar.
Contents
Apa Itu Kurva Permintaan?
Permintaan sering kali diilustrasikan menggunakan grafik yang dikenal sebagai kurva permintaan (curve demand). Pengertian kurva permintaan adalah representasi grafis dari hubungan antara harga barang atau jasa dan kuantitas yang diminta untuk periode waktu tertentu. Dalam representasi tipikal, harga akan muncul di sumbu vertikal kiri, sedangkan kuantitas yang diminta berada pada sumbu horizontal.
Contoh Kurva Permintaan
Berikut ini adalah contoh kurva permintaan bulanan dari seorang wanita cantik bernama Kekeyi untuk pembelian pizza beku.
Perhatikan bahwa kurva permintaan dapat dibaca di kedua arah. Artinya, selain menunjukkan berapa banyak pizza beku yang akan dibeli Kekeyi per bulan dengan harga tertentu. Kurva permintaan tersebut juga menunjukkan seberapa banyak Kekeyi akan bersedia membayar per pizza untuk sejumlah pizza tertentu. Contoh, Kekeyi bersedia membayar $ 4 per pizza untuk 4 pizza per bulan.
Selain membuat grafik kurva permintaan individu untuk suatu barang, Anda juga bisa membuat grafik kurva permintaan pasar untuk suatu barang. Tujuannya yaitu untuk melihat seberapa banyak barang yang akan dibeli secara kolektif oleh setiap orang pada setiap harga satuan. Permintaan pasar (market demand) untuk suatu barang hanyalah agregat (atau jumlah) dari permintaan setiap konsumen untuk barang itu.
Hukum dan Kurva Permintaan
Hukum dan kurva permintaan adalah salah satu elemen penting di dalam ilmu ekonomi. Hukum permintaan mengungkapkan hubungan fungsional antara harga dan kuantitas yang diminta suatu barang sehingga ini akan berdampak pada kurva permintaan.
Menurut the law of demand, hal-hal lain akan dianggap tetap atau konstan (ceteris paribus). Misalnya, jika harga suatu komoditas turun, kuantitas yang diminta akan naik dan, jika harga barang naik, kuantitas yang diminta akan turun, cateris paribus. Jadi, ada hubungan terbalik antara harga dan kuantitas yang diminta. Contoh, Kekeyi membeli lebih banyak unit apel ketika harganya turun dari $ 4 per unit ke $ 2 per unit.
Sebagai tambahan, hukum permintaan hanya berlaku jika kondisi tertentu terpenuhi. Asumsi hukum permintaan yaitu sebagai berikut:
- Pendapatan konsumen tidak berubah. Jika pendapatan konsumen meningkat atau menurun, hukum tidak akan berlaku.
- Selera dan preferensi orang tetap tidak berubah; dan
- Harga pengganti dan pelengkap tidak berubah.
Hukum permintaan dapat dijelaskan dengan bantuan jadwal permintaan dan melalui kurva permintaan. Jadwal permintaan ditunjukkan seperti di bawah.
Terlihat pada tabel bahwa bila harga komoditas apel adalah $ 8 per unit, konsumen hanya membeli 5 unit. Namun, bila harga apel $ 2 per unit, konsumen akan membeli 10 unit komoditas. Jadi, saat harga turun, konsumen membeli lebih banyak komoditas dan sebaliknya. Lalu bagaimana bentuk contoh kurva permintaan dari komoditas apel tersebut?
Coba perhatikan kurva permintaan apel di atas. Di sepanjang sumbu x, kuantitas diukur dan harga komoditas di sepanjang sumbu y diukur. Dengan menggabungkan berbagai titik atau kombinasi harga dan kuantitas yang diminta, diperoleh kurva ‘dd’ yang turun dari kiri ke kanan. Penarikan inilah yang disebut sebagai kurva permintaan.
Kurva permintaan dengan jelas menunjukkan bahwa harga berbanding terbalik dengan kuantitas yang diminta. Saat harga turun, permintaan naik dan menyusut saat harga komoditas naik. Perlu dicatat di sini bahwa asumsi “faktor yang menentukan permintaan barang” bersifat konstan atau cateris paribus. Pertanyaan selanjutnya, apa saja faktor-faktor memengaruhi permintaan (demand)?
Faktor yang Memengaruhi Pergeseran Kurva Permintaan
Pergeseran dalam kurva permintaan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
1. Harga Produk (Price of The Product)
Ada hubungan terbalik (negatif) antara harga suatu produk dan jumlah produk yang dapat dibeli oleh konsumen. Konsumen ingin membeli lebih banyak produk dengan harga rendah dan membeli lebih sedikit produk dengan harga tinggi. Hubungan terbalik antara harga dan jumlah konsumen yang mau dan mampu membeli ini sering disebut sebagai The Law of Demand.
2. Pendapatan Konsumen (The Consumer’s Income)
Pengaruh pendapatan terhadap jumlah produk yang dapat dibeli oleh konsumen bergantung pada jenis barang tertentu. Untuk sebagian besar barang, ada hubungan positif (langsung) antara pendapatan konsumen dan jumlah barang yang mampu dibeli. Dengan kata lain, untuk barang-barang ini ketika pendapatan meningkat, permintaan akan produk tersebut akan meningkat; ketika pendapatan turun, permintaan produk akan menurun. Istilah pada barang jenis ini disebut sebagai barang normal (normal goods).
Namun, untuk beberapa barang, pengaruh perubahan pendapatan malah bersifat sebaliknya. Dengan kata lain, ketika pendapatan meningkat, Anda justru tidak membeli barang yang biasa dibeli ketika pendapatan belum meningkat. Sebagai contoh, ketika pendapatan Anda Rp 3 juta per bulan, Anda akan membeli ayam goreng pinggir jalan. Ketika pendapatan Anda naik menjadi Rp 6 juta per bulan, Anda tidak lagi mau beli ayam goreng pinggiran, dan malah membeli ayam KFC.
Jika ini masalahnya (ketika pendapatan naik, Anda bersedia membeli produk yang lebih berkualitas), maka akan ada hubungan terbalik antara pendapatan dan permintaan untuk jenis produk tersebut. Nah, barang jenis ini dapat disebut sebagai barang inferior (inferior good).
Istilah inferior di dalam ilmu ekonomi hanya berarti bahwa ada hubungan terbalik antara pendapatan seseorang dan permintaan akan barang itu. Juga, apakah barang itu normal atau inferior mungkin berbeda dari orang ke orang. Suatu produk mungkin merupakan barang normal untuk Anda, tetapi barang inferior untuk orang lain. Yang perlu digarisbawahi, barang inferior belum tentu barang berkualitas rendah.
3. Harga Barang Terkait (The Price of Related Goods)
Mengenai pendapatan, efeknya terhadap jumlah yang bersedia dan mampu dibeli tergantung pada jenis barang yang dibicarakan. Pikirkan tentang dua barang yang biasanya dikonsumsi bersama, atau barang komplementer. Misalnya roti tawar dan meses. Jika harga roti tawar naik, hukum permintaan akan menjelaskan bahwa konsumen akan bersedia membeli lebih sedikit roti tawar. Tetapi jika konsumen menginginkan lebih sedikit roti tawar, penggunaan meses juga akan lebih sedikit karena biasanya digunakan secara bersamaan dengan roti tawar.
Oleh karena itu, kenaikan harga roti tawar berarti konsumen akan mengurangi pembelian meses. Ketika dua barang menjadi komplemen, ada hubungan terbalik antara harga satu barang dan permintaan barang lainnya.
Di sisi lain, beberapa barang dianggap sebagai barang substitusi satu sama lain: konsumen tidak mengonsumsi keduanya secara bersamaan, tetapi memilih untuk mengonsumsi salah satu di antaranya. Sebagai contoh, untuk beberapa orang kopi dan teh adalah pengganti (seperti halnya barang inferior, apa yang menjadi barang pengganti untuk satu orang belum tentu menjadi pengganti untuk orang lain).
Jika harga kopi naik, teh mungkin relatif lebih menarik. Hukum permintaan menjelaskan bahwa lebih sedikit orang yang akan membeli kopi; beberapa orang mungkin memutuskan untuk beralih ke teh. Jadi, dapat dikatakan bahwa ketika dua barang menjadi substitusi, ada hubungan positif antara harga satu barang dan permintaan barang lainnya.
4. Selera atau Preferensi Konsumen
Selera atau preferensi setiap konsumen pasti berbeda-beda. Ada yang suka manis, ada yang suka pedas, ada yang suka asin. Dengan kata lain, jenis barang ini bersifat tidak berwujud namun dapat berdampak besar pada permintaan (demand). Namun, ada banyak hal yang dapat mengubah selera atau preferensi seseorang yang menyebabkan orang ingin membeli lebih banyak atau lebih sedikit suatu produk.
Sebagai contoh, jika seorang selebriti mempromosikan produk kecap manis, hal ini dapat meningkatkan permintaan akan kecap manis tersebut. Di sisi lain, studi kesehatan baru saja keluar yang mengatakan bawah ada dampak buruk kecap manis bagi kesehatan. Hal ini dapat menurunkan permintaan produk. Contoh lain, seseorang mungkin memiliki permintaan payung lebih tinggi pada hari hujan daripada pada hari yang cerah.
5. Ekspektasi Konsumen
Tidak hanya masalah apa yang sedang terjadi – ekspektasi seseorang untuk masa depan juga dapat memmengaruhi seberapa banyak produk yang ingin dan mampu dibeli. Misalnya, jika konsumen mendengar bahwa Apple akan segera memperkenalkan iPod baru yang memiliki lebih banyak memori dan masa pakai baterai lebih lama, konsumen mungkin memutuskan untuk menunggu untuk membeli iPod sampai produk baru keluar.
Ketika orang-orang memutuskan untuk menunggu, mereka menurunkan permintaan iPod saat ini karena apa yang mereka harapkan akan terjadi di masa depan. Demikian pula, jika konsumen mengharapkan harga bensin naik besok, konsumen dapat mengisi bahan bakar kendaraan sekarang. Jadi, permintaan bensin hari ini akan meningkat karena apa yang diperkirakan akan terjadi besok. Di Indonesia misalnya, ketika ada isu harga BBM naik, orang-orang berbondong mengisi BBM dengan tambahan jerigen.
6. Jumlah Konsumen di Pasar
Semakin banyak atau sedikit konsumen yang memasuki pasar, secara umum hal ini berdampak langsung pada jumlah produk yang dapat dibeli oleh konsumen. Sebagai contoh, warung Padang yang terletak di dekat Universitas akan memiliki lebih banyak permintaan sehingga penjualan lebih tinggi selama musim perkuliahan. Sedangkan bila libur semester tiba, siswa akan lebih banyak pulang kampung sehingga Universitas menjadi sepi. Hal ini akan berdampak pada permintaan produk warung Padang karena jumlah konsumen telah menurun secara signifikan.
Kenapa Kurva Permintaan Miring ke Bawah?
Pada dasarnya, ada tiga pendekatan atau alasan kenapa kurva permintaan bergerak miring ke bawah. Pertama, utilitas marjinal semakin berkurang. Singkatnya, utilitas marjinal (marginal utility) adalah tingkat kepuasan konsumsi yang diperoleh ketika meningkatkan jumlah konsumsi. Hukum marjinal menyatakan bahwa ketika konsumen meningkatkan konsumsi produk, utlitilas marjin akan berkurang.
Contoh, Anda punya uang Rp 50 ribu dan ingin sekali makan bakso yang harganya Rp 10 ribu per bungkus. Anda melakukan pembelian untuk satu bungkus. Ternyata, Anda belum kenyang dan ingin membeli lagi satu bungkus. Setelah memakan satu bungkus tambahan bakso, barulah merasa kenyang. Meskipun, Anda masih memiliki sisa uang Rp 30 ribu, tentu Anda akan berpikir untuk beli bakso lagi karena selain sudah kenyang, kenikmatan makan bakso juga akan berkurang.
Alasan kedua, efek pendapatan. Diasumsikan ketika harga produk turun, maka pendapatan riil masyarakat akan meningkat. Kenapa? Karena dengan pendapataan saat ini, masyarakat bisa memperoleh lebih banyak produk ketika harganya turun. Sebaliknya, bila harga produk naik, pendapatan riil masyarakat akan turun karena masyarakat akan memperoleh jumlah produk yang lebih sedikit ketika harganya naik.
Contoh, Anda memiliki gaji Rp 4 juta sebulan. Biasanya, Anda menghabiskan Rp 2 juta untuk biaya makan sebulan. Ternyata, harga bahan pokok naik, sehingga pendapatan riil Anda akan berkurang. Kenapa? Karena uang Rp 2 juta tidak lagi cukup untuk makan sebulan. Begitu sebaliknya, ketika harga bahan pokok turun, pendapatan riil akan meningkat karena dengan Rp 2 juta bisa untuk biaya makan lebih dari 1 bulan.
Alasan terakhir, efek substitusi. Hal ini berkaitan dengan barang alternatif yang bersifat substitusi, yaitu barang yang memiliki kesamaaan manfaat dan utilitas. Misalnya, kopi dan teh. Jika harga kopi naik, orang akan lebih banyak membeli teh. Sebaliknya, jika harga kopi turun, orang akan lebih sedikit membeli teh dan membeli kopi lebih banyak. Efek substitusi hanya berlaku untuk barang normal dan tidak berlaku untuk barang Giffen.
Kesimpulan
Permintaan (demand) dalam ekonomi merupakan keinginan konsumen untuk membeli barang yang didukung oleh kemampuan finansial. Bentuk dari contoh kurva permintaan menggambarkan hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta, menunjukkan bahwa harga dan kuantitas memiliki hubungan terbalik.
Faktor yang memengaruhi pergeseran kurva permintaan mencakup harga produk, pendapatan konsumen, harga barang terkait, preferensi, ekspektasi konsumen, dan jumlah konsumen di pasar. Kurva permintaan miring ke bawah karena utilitas marjinal yang menurun, efek pendapatan yang mempengaruhi daya beli, dan efek substitusi antar barang. Ini mencerminkan dinamika interaksi pasar dalam menentukan permintaan.