ilustrasi degrowth dalam ekonomi

Degrowth: Kejar Keseimbangan, Bukan Sekadar Angka Pertumbuhan Ekonomi

Degrowth adalah konsep ekonomi dan sosial yang menyerukan pengurangan terencana dalam produksi dan konsumsi guna menciptakan masyarakat yang lebih adil, berkelanjutan, dan bahagia. Berbeda dari paradigma dominan yang selalu mengejar pertumbuhan ekonomi (growth), degrowth mengajukan pertanyaan mendasar: Apakah pertumbuhan tanpa batas di planet dengan sumber daya terbatas itu masuk akal?

Degrowth bukan tentang resesi atau kemunduran ekonomi yang tidak terkendali, melainkan sebuah transisi sukarela dan sistematis menuju kehidupan yang cukup dan bermakna, bukan kehidupan yang dibangun atas konsumsi berlebihan.

Latar Belakang Konsep Degrowth

Konsep degrowth pertama kali muncul di Prancis dengan istilah décroissance pada awal 1970-an, sebagai tanggapan terhadap laporan Club of Rome (1972) tentang batas-batas pertumbuhan (Limits to Growth). Laporan itu menunjukkan bahwa jika tren pertumbuhan populasi, industrialisasi, polusi, dan eksploitasi sumber daya terus berlanjut, maka keruntuhan ekosistem global tidak terhindarkan.

Para pendukung degrowth melihat bahwa model ekonomi saat ini:

  • Menghancurkan ekosistem.
  • Memperparah ketimpangan sosial.
  • Mengabaikan kesejahteraan manusia demi keuntungan finansial.

Dengan demikian, degrowth menawarkan pendekatan alternatif yang menempatkan manusia dan planet sebagai prioritas utama, bukan angka-angka pertumbuhan ekonomi.

Prinsip-Prinsip Utama Degrowth

1. Keseimbangan Ekologis

Degrowth mendorong manusia hidup sesuai batas daya dukung bumi (planetary boundaries). Artinya, mengurangi konsumsi energi fosil, material, dan lahan agar tidak melampaui kapasitas regenerasi alam.

2. Keadilan Sosial Global

Degrowth memperjuangkan distribusi sumber daya yang adil—antara utara dan selatan global, kaya dan miskin, serta generasi sekarang dan masa depan.

3. Demokrasi Ekonomi dan Lokalitas

Degrowth mempromosikan ekonomi lokal, koperasi, dan keputusan berbasis komunitas, daripada ketergantungan pada pasar global yang tidak terkendali.

4. Perlambatan Kehidupan (Slow Living)

Degrowth mendorong nilai-nilai sederhana: lebih sedikit konsumsi, lebih banyak waktu untuk relasi sosial, seni, pendidikan, dan kebahagiaan pribadi.

Degrowth vs Pertumbuhan Ekonomi (Growth)

Aspek Growth Degrowth
Fokus Peningkatan PDB/GDP dan produksi Kualitas hidup dan keberlanjutan ekologis
Ukuran Kesuksesan Pertumbuhan ekonomi tahunan Kesejahteraan manusia dan ekologi
Relasi dengan Alam Eksploitasi sumber daya untuk ekspansi Koeksistensi dengan batas daya dukung bumi
Pola Konsumsi Massal, cepat, berlebihan Sederhana, sadar, cukup
Distribusi Kekayaan Tidak merata, oligarki Redistribusi dan kesetaraan

Apakah Degrowth Menolak Teknologi dan Kemajuan?

Tidak. Degrowth tidak anti-teknologi. Justru, degrowth mendukung inovasi yang selaras dengan prinsip ekologi dan kebutuhan nyata masyarakat. Yang ditolak adalah teknologi yang:

  • Mendorong konsumsi tanpa henti.
  • Merusak lingkungan.
  • Meningkatkan ketimpangan digital atau ekonomi.

Contohnya, degrowth akan mendukung energi terbarukan, pertanian regeneratif, dan teknologi open-source, tapi mengkritik teknologi yang hanya bertujuan meningkatkan profit, seperti planned obsolescence (barang yang sengaja dirancang cepat rusak).

Contoh Penerapan Degrowth dalam Kehidupan

1. Transportasi

  • Mengurangi penggunaan mobil pribadi.
  • Mendorong transportasi publik, sepeda, dan jalan kaki.

2. Konsumsi

  • Membeli produk lokal dan tahan lama.
  • Mengurangi fast fashion, gadget baru tiap tahun, dan gaya hidup konsumtif.

3. Energi

  • Menghemat listrik dan air.
  • Transisi ke energi terbarukan (surya, angin, mikrohidro).

4. Pekerjaan dan Waktu

  • Mengurangi jam kerja untuk membagi pekerjaan secara adil.
  • Menghargai pekerjaan non-produktif seperti merawat anak, memasak, atau aktivitas komunitas.

5. Perumahan dan Infrastruktur

  • Menolak pembangunan berlebihan dan reklamasi merusak lingkungan.
  • Mendorong co-housing, hunian minimalis, dan ruang hijau.

Mengapa Degrowth Penting Saat Ini?

1. Krisis Iklim

Pertumbuhan ekonomi global yang didorong oleh konsumsi energi fosil adalah penyebab utama perubahan iklim. Tanpa pembatasan sistemik, krisis ini akan menghancurkan ekosistem dan memperparah bencana sosial.

2. Krisis Kesehatan Mental dan Sosial

Meskipun PDB dunia naik, tingkat kebahagiaan dan kesehatan mental menurun di banyak negara. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tidak selalu membawa kesejahteraan.

3. Krisis Ketimpangan

10% orang terkaya di dunia menyumbang hampir setengah dari emisi karbon global, sementara miliaran orang lainnya hidup dalam kekurangan. Degrowth menantang ketimpangan ini.

4. Krisis Makna Hidup

Masyarakat konsumtif sering kehilangan makna karena kehidupan hanya diisi dengan kerja, konsumsi, dan kompetisi. Degrowth menawarkan alternatif kehidupan yang lebih tenang, bermakna, dan penuh relasi.

Tantangan Degrowth

Meskipun banyak manfaatnya, degrowth juga menghadapi tantangan serius:

  • Resistensi politik dan ekonomi, karena model saat ini menguntungkan elite bisnis dan pemerintah.
  • Kebutuhan transisi yang adil agar pekerja di industri lama tidak terdampak negatif.
  • Kurangnya kesadaran masyarakat, karena sistem konsumsi sudah mendarah daging.

Namun, semakin banyak akademisi, aktivis, dan komunitas mulai menguji praktik-praktik degrowth sebagai solusi nyata.

Apakah Degrowth Cocok untuk Negara Berkembang?

Pertanyaan ini penting. Degrowth bukan berarti negara berkembang harus berhenti berkembang. Sebaliknya, degrowth lebih ditujukan untuk negara-negara kaya yang sudah over-consumption. Sementara negara berkembang perlu:

  • Membangun infrastruktur dasar, tetapi dengan prinsip keberlanjutan.
  • Menghindari jebakan pertumbuhan ala negara maju, yang hanya menguntungkan elite.
  • Mengutamakan pembangunan manusia, bukan sekadar industrialisasi besar-besaran.

Kesimpulan

Degrowth adalah pendekatan alternatif yang berani dan visioner. Di tengah dunia yang terobsesi pada pertumbuhan tanpa batas, degrowth menyerukan perlambatan yang sadar, adil, dan ekologis. Ini bukan ajakan untuk kemiskinan, tapi ajakan untuk hidup cukup, manusiawi, dan selaras dengan bumi.

Degrowth menawarkan harapan bahwa masa depan tidak harus ditentukan oleh angka GDP, tapi oleh kualitas hidup, relasi sosial, dan keberlangsungan planet kita. Saatnya kita bertanya ulang: Apakah lebih banyak itu selalu lebih baik (more is better)? Atau justru less is more?

Leave a Comment

Scroll to Top