Dari Modal Rp150 Ribu, Invesnesia Bukukan Laba Rp783 Juta di 2024: Intip Strategi Bisnisnya!

Invesnesia, perusahaan media digital finansial terkemuka yang dioperasikan oleh PT Qaktus Finansial Indonesia, mencatatkan lonjakan kinerja keuangan yang luar biasa sepanjang tahun 2024. Di tengah persaingan ketat industri media online yang semakin jenuh dan kompetitif, Invesnesia justru tampil menonjol dengan membukukan laba bersih Rp783 juta pada 2024, naik 75,9% dari tahun sebelumnya di Rp445 juta.

Awal Perjalanan Invesnesia: Dari Proyek Sampingan ke Mesin Profit

Invesnesia bermula dari ide sederhana yang dicetuskan Alfatur Devaki di Palembang pada Februari 2020 dan direalisasikan pada Juli 2020 di Jakarta. Dengan hanya bermodalkan Rp150.000 untuk membeli domain dan menyewa hosting, proyek ini awalnya hanyalah sampingan.

Pada saat itu, Alfatur sebagai Founder masih bekerja full-time secara remote di perusahaan media digital berbasis London, menjabat sebagai Financial Researcher/Editor.

Selama dua tahun pertama, Alfatur mengelola Invesnesia seorang diri, menyisihkan waktu 3–4 jam sehari untuk menulis dan membangun konten, terutama artikel edukatif seputar manajemen keuangan dan pasar saham. Saat itu, pasar forex belum menjadi fokus utama.

Titik balik terjadi pada 2022, Invesnesia mulai menghasilkan pendapatan yang signifikan. Setelah ditelaah, 90% revenue berasal dari perusahaan broker forex dan CFD—sisanya 10% dari perusahaan kripto. Fakta ini menjadi validasi awal bahwa pasar forex dan CFD (Contracts for Difference) adalah ceruk (niche) yang paling potensial.

Melihat momentum tersebut, Alfatur melakukan reposisi merek (brand repositioning) pada 2023, mengarahkan seluruh fokus pada niche forex dan CFD. Ia memperkuat portofolio konten, mengoptimalkan SEO, dan membangun kredibilitas sebagai otoritas digital di sektor ini.

Hasilnya langsung terasa: kinerja keuangan tahun 2023 melonjak tajam, dan tren positif itu berlanjut di 2024, menjadikan Invesnesia bukan lagi proyek sampingan, tetapi mesin bisnis dengan fondasi kuat dan arah yang jelas.

Invesnesia sendiri terdaftar sebagai perusahaan resmi di Indonesia pada 15 Maret 2022 di bawah PT Qaktus Finansial Indonesia. Selain sebagai Founder, Alfatur juga menjabat sebagai Direktur atau CEO.

Strategi Bisnis Invesnesia

1. Spesialisasi Niche

Alih-alih mengikuti tren media besar yang menyasar topik luas, Invesnesia memilih jalur berbeda: menjadi spesialis tunggal di pasar forex dan derivatif CFD. Langkah ini membangun brand positioning kuat, menciptakan persepsi sebagai pemimpin pasar dalam niche tersebut.

2. SEO-Driven, Bukan Newsroom-Driven

Tidak mengejar kuantitas berita harian, Invesnesia hanya memproduksi konten berbasis riset kata kunci strategis yang mampu bertahan lama di halaman pertama Google. Akibatnya, traffic yang dihasilkan lebih tertarget dan bernilai tinggi di mata advertisers.

“Traffic itu penting, tentu saja. Namun, jika tidak tertarget, konversinya akan sangat rendah. Di Invesnesia, kami lebih memilih 1.000 pengunjung yang relevan setiap harinya daripada 100.000 pengunjung yang sekadar lewat.” tegas Alfatur.

3. Monetisasi Bertarget

Pendapatan Invesnesia terbagi dari:

  • 70%: Display ads
  • 25%: Afiliasi (affiliate)
  • 5%: Sponsored articles

Fokus pada niche spesifik menjadikan traffic lebih bernilai, dan advertisers juga lebih loyal karena efektivitas iklan yang relatif tinggi.

4. Efisiensi Tanpa Kompromi

Dengan tim ramping dan proses produksi konten yang efisien, biaya operasional ditekan secara signifikan. Hasilnya, margin keuntungan bisa dimaksimalkan.

Strategi Brand Positioning dan Framing

Dalam dunia marketing, brand positioning adalah seni menempatkan merek di benak target audiens secara spesifik, relevan, dan berbeda dari kompetitor. Invesnesia memahami prinsip ini sejak awal, dan memilih untuk tidak bermain di pasar luas, melainkan menduduki ceruk yang jelas: forex dan CFD.

Dengan strategi positioning yang sempit namun dalam (narrow but deep), Invesnesia berhasil membentuk persepsi sebagai satu-satunya media digital yang benar-benar fokus dan ahli di bidang ini. Tidak ada ambiguitas dalam identitas brand—ketika broker global ingin menjangkau trader Indonesia, maka Invesnesia adalah top of mind.

Di sisi lain, Invesnesia juga menerapkan strategi framing, yaitu cara mengemas informasi, visual, dan komunikasi untuk memperkuat citra brand. Ini tercermin dari:

  • Gaya bahasa yang profesional namun bersahabat
  • Pemilihan kata yang memperkuat posisi sebagai “otoritas” di sektor forex dan CFD
  • Penempatan banner internal, headline, dan visual yang konsisten dengan identitas niche
  • Kejelasan navigasi dan struktur situs yang menunjukkan fokus dan kepakaran

“Kami tidak sekadar menyebut diri sebagai portal forex dan CFD, tetapi juga memastikan semua elemen komunikasi kami menguatkan itu. Mulai dari desain, konten, hingga cara kami berbicara ke advertisers,” jelas Alfatur.

Strategi ini selaras dengan teori Brand Salience dan Category Leadership dalam marketing: ketika sebuah brand mampu menempati ruang mental yang spesifik dan mendalam di kategori tertentu, maka ia bukan hanya menjadi pilihan, tetapi menjadi referensi utama di kategori itu. Melalui positioning dan framing yang tepat, Invesnesia berhasil menciptakan kesan dan persepsi sebagai market leader dalam niche ini.

Leave a Comment

Scroll to Top