ilustrasi emas batangan

Kenapa Harga Emas Naik Terus? Ini 6 Faktor Pendorongnya!

Emas bukan sekadar logam mulia. Ia adalah simbol ketahanan, perlindungan nilai, dan bahkan ketidakpastian. Ketika pasar gemetar, investor global berlari menuju emas—dan itulah yang sedang terjadi. Sejak awal 2024 hingga kuartal pertama 2025, harga emas global telah melonjak drastis, menembus rekor tertinggi sepanjang masa di atas $3.300 per troy ounce, dan bahkan harga emas Antam di Indonesia melampaui Rp2 juta per gram.

Di tengah ekonomi global yang rapuh, banyak yang bertanya: Kenapa harga emas naik terus? Apakah tren ini akan berlanjut? Apakah masih layak untuk berinvestasi emas sekarang? 

Faktor-faktor yang Mendorong Kenaikan Harga Emas

Berikut adalah beberapa faktor utama yang memengaruhi lonjakan harga emas saat ini, serta menelaah prospeknya ke depan.

1. Ketidakpastian Global yang Berkelanjutan

Perang Dagang dan Politik Tarif

Tensi ekonomi antara Amerika Serikat dan China kembali memanas sejak pemerintahan AS menaikkan tarif impor hingga 125% terhadap barang-barang China. Langkah balasan dari China membuat investor gelisah akan prospek perdagangan global.

Dalam sejarah, setiap krisis dagang besar selalu diikuti oleh lonjakan harga emas. Emas menjadi “safe haven” yang menawarkan perlindungan dari volatilitas geopolitik dan kerusakan sistemik pada perdagangan dunia.

Ketegangan Timur Tengah dan Ukraina-Rusia

Konflik yang tak kunjung reda di kawasan strategis seperti Timur Tengah dan Eropa Timur turut menambah ketidakpastian global. Ketegangan ini mendorong permintaan emas sebagai aset pelindung nilai dari eskalasi krisis.

2. Inflasi Global yang Masih Tinggi

Meskipun banyak bank sentral mulai menurunkan laju kenaikan suku bunga, inflasi di berbagai negara belum benar-benar jinak. Misalnya:

  • Inflasi AS masih berkisar di atas 3,5%.
  • Kawasan Eropa menghadapi tekanan harga energi dan pangan.
  • Negara berkembang terdampak depresiasi nilai tukar dan harga impor.

Emas secara historis terbukti menjadi alat hedging terhadap inflasi. Ketika nilai uang fiat tergerus, emas mempertahankan nilainya karena sifatnya yang langka dan diterima secara universal.

3. Pelemahan Nilai Tukar Dolar AS

Harga emas dunia dihitung dalam dolar AS. Ketika dolar melemah karena:

  • Defisit anggaran pemerintah AS yang membengkak,
  • Kebijakan moneter longgar,
  • Ketidakpastian kebijakan fiskal,

Dengan begitu, maka harga emas dalam USD cenderung naik karena dibutuhkan lebih banyak dolar untuk membeli unit emas yang sama.

Di saat yang sama, negara-negara berkembang seperti Indonesia juga mengalami tekanan nilai tukar. Saat rupiah melemah terhadap dolar, harga emas dalam rupiah melonjak lebih tajam, sehingga membuat harga emas di dalam negeri naik dua kali lipat akibat efek kurs dan kenaikan harga global.

4. Permintaan Bank Sentral Dunia Melonjak

Data World Gold Council menunjukkan bahwa bank sentral dunia—terutama China, India, Turki, dan Rusia—menjadi pembeli emas terbesar sejak 2022. Tren ini terus berlanjut pada 2024–2025 dengan akumulasi cadangan emas untuk:

  • Diversifikasi cadangan devisa dari dominasi dolar,
  • Melindungi stabilitas ekonomi nasional,
  • Meningkatkan kredibilitas moneter.

Ketika pembeli terbesar adalah bank sentral, maka permintaan emas menjadi lebih struktural dan tidak sekadar spekulatif.

5. Produksi Tambang Melambat

Sementara permintaan meningkat, sisi pasokan justru mengalami stagnasi. Produksi tambang emas dunia menurun karena:

  • Cadangan tambang yang menipis,
  • Regulasi lingkungan yang semakin ketat,
  • Biaya produksi yang meningkat,
  • Kurangnya penemuan tambang emas baru berskala besar.

Ketidakseimbangan permintaan dan pasokan inilah yang mempercepat tekanan kenaikan harga secara jangka panjang.

6. Perubahan Strategi Investasi Global

Diversifikasi Portofolio

Investor institusi seperti hedge funds dan sovereign wealth fund (SWF) kini kembali memasukkan emas ke dalam portofolio investasi mereka sebagai bagian dari strategi diversifikasi risiko.

Digitalisasi Akses Emas

Platform investasi digital mempermudah masyarakat umum membeli emas dalam fraksi kecil (misal 0,01 gram) sehingga permintaan dari investor ritel meningkat signifikan.

Reflasi dan “The Great Rotation”

Dalam skenario “reflasi”, investor mulai mengalihkan dana dari saham pertumbuhan (growth stocks) ke aset keras seperti emas, komoditas, dan properti. Fenomena ini turut menyokong kenaikan harga emas secara berkelanjutan.

Dampak Kenaikan Harga Emas

  1. Bagi Investor: Pemilik emas memperoleh capital gain. Namun, ada risiko jika masuk di harga puncak sehingga perlu berhati-hati
  2. Bagi Masyarakat Umum: Daya beli menurun karena harga emas perhiasan melonjak. Namun, emas bisa jadi alternatif menabung yang lebih aman di tengah krisis.
  3. Bagi Ekonomi Negara: Indonesia sebagai eksportir emas (melalui Freeport dan tambang lainnya) mendapatkan tambahan devisa. Namun, industri berbasis emas (elektronik, perhiasan) menghadapi tekanan biaya

Proyeksi Harga Emas 2025–2026: Apakah Akan Naik Lagi?

Beberapa lembaga global seperti Goldman Sachs, UBS, dan JP Morgan memproyeksikan bahwa harga emas masih berpotensi naik hingga:

  • $3.600–$4.000 per troy ounce hingga akhir 2025
  • Bergantung pada arah suku bunga The Fed, eskalasi geopolitik, dan performa dolar

Namun perlu diingat, pasar emas tetap memiliki volatilitas. Dalam jangka pendek, koreksi bisa terjadi, namun tren jangka panjang tetap mengarah naik selama ketidakpastian masih mendominasi lanskap ekonomi global.

Tips Strategis bagi Investor Emas

  • Hindari FOMO (Fear of Missing Out) – Jangan beli saat euforia, tunggu koreksi untuk entry.
  • Pilih produk emas yang likuid dan kredibel, seperti emas Antam atau LM.
  • Diversifikasi portofolio – Alokasikan sekitar 10–20% untuk emas dalam portofolio Anda sebagai sarana hedging.
  • Pertimbangkan biaya penyimpanan dan keamanan jika membeli dalam jumlah besar.

Kesimpulan

Kenaikan harga emas yang terus berlanjut hingga 2025 bukanlah fenomena sesaat, melainkan akibat dari konvergensi berbagai faktor fundamental: inflasi yang persisten, ketidakpastian global, melemahnya dolar AS, kebijakan bank sentral, dan ketidakseimbangan pasokan-permintaan.

Sebagai aset pelindung nilai (safe haven), emas akan terus dicari selama ekonomi global diliputi kekhawatiran. Inilah salah satu alasan kenapa harga emas naik terus. Namun, penting bagi investor untuk memahami bahwa meskipun emas cenderung meroket dalam jangka panjang, fluktuasi jangka pendek tetap bisa terjadi.

Dengan memahami konteks dan data yang mendasarinya, investor bisa mengelola risiko dan memanfaatkan peluang dari tren harga emas yang terus menanjak ini.

Leave a Comment

Scroll to Top