Istilah dan Konsep ARA dan ARB dalam Pasar Saham

Di pasar saham, fluktuasi harga adalah hal yang lumrah terjadi. Namun, agar volatilitas tidak berlebihan dan tetap menjaga stabilitas pasar, Bursa Efek Indonesia (BEI) menerapkan mekanisme khusus yang dikenal dengan ARA dan ARB saham. Bagi investor pemula, memahami konsep ARA dan ARB saham menjadi langkah awal yang sangat penting sebelum terjun ke pasar modal.

Melalui artikel ini, kita akan mengulas secara lengkap dan komprehensif apa itu ARA dan ARB saham, bagaimana mekanismenya, serta strategi menghadapi kondisi tersebut. Artikel ini juga dilengkapi contoh konkret agar lebih mudah dipahami.

Apa Itu ARA dan ARB Saham?

Secara sederhana, ARA adalah singkatan dari Auto Rejection Atas, sementara ARB merupakan kependekan dari Auto Rejection Bawah. Keduanya merupakan sistem pengaman harga di pasar saham yang ditetapkan oleh BEI agar pergerakan harga dalam satu hari tidak terlalu ekstrem.

  • ARA saham adalah batas maksimal kenaikan harga saham dalam satu hari perdagangan. Jika harga saham sudah naik hingga batas ARA, maka sistem BEI secara otomatis akan menolak seluruh order beli di atas harga tersebut.
  • ARB saham adalah kebalikan dari ARA, yaitu batas maksimal penurunan harga saham dalam sehari. Apabila harga saham turun hingga menyentuh batas ARB, maka sistem BEI otomatis menolak seluruh order jual di bawah harga tersebut.

Dengan adanya batas ini, BEI melindungi investor dan trader dari volatilitas berlebihan yang bisa memicu kepanikan atau spekulasi liar. Terlebih lagi saat trading saham yang sangat berfokus pada pergerakan jangka pendek.

Batasan ARA dan ARB Saham Terbaru

Mengacu pada ketentuan resmi dalam SK BEI No. Kep-00055/BEI/03-2023, berikut ini adalah rincian batasan ARA dan ARB saham berdasarkan rentang harga saham:

Rentang Harga Saham Batas ARA (Kenaikan Maksimal) Batas ARB (Penurunan Maksimal)
Rp50 – Rp200 35% ≤ Rp50 atau > 15%
Rp200 – Rp5.000 25% 15%
> Rp5.000 20% 15%

Contoh Kasus ARA dan ARB Saham

Contoh ARA Saham:

Misalkan harga saham BRIS ditutup di level Rp1.200. Karena berada dalam rentang Rp200 – Rp5.000, maka batas ARA-nya adalah 25%.

  • Batas kenaikan maksimal = Rp1.200 + (25% x Rp1.200) = Rp1.500.
  • Jika ada yang memasang order beli di atas Rp1.500, sistem BEI akan otomatis menolaknya.

Contoh ARB Saham:

Harga saham JPFA ditutup di level Rp1.000. Dengan batas ARB 15%, maka harga minimalnya adalah:

  • Batas penurunan maksimal = Rp1.000 – (15% x Rp1.000) = Rp850.
  • Jika ada yang mencoba menjual di bawah Rp850, order otomatis ditolak oleh sistem BEI.

Kenapa ARA dan ARB Saham Diterapkan?

Mekanisme ARA dan ARB saham diberlakukan untuk menjaga stabilitas perdagangan di Bursa Efek Indonesia. Berikut fungsi utamanya:

  • Mencegah Volatilitas Ekstrem: Agar harga saham tidak bergerak terlalu liar dalam satu hari.
  • Melindungi Investor: Terutama investor pemula dari risiko kerugian besar dalam waktu singkat.
  • Mengendalikan Psikologi Pasar: Mengurangi efek panic selling maupun euforia berlebihan.
  • Menjaga Likuiditas: Terutama dalam kondisi pasar tidak stabil, seperti saat krisis ekonomi.

Saham yang Sering Kena ARA dan ARB

Tidak semua saham mudah mengalami ARA atau ARB. Berikut karakteristik saham yang rawan:

Jenis Saham Rawan ARA:

  • Saham IPO (Initial Public Offering).
  • Saham berkapitalisasi kecil (small cap).
  • Saham dengan sentimen positif, seperti akuisisi atau merger.

Jenis Saham Rawan ARB:

  • Saham gorengan yang mengalami distribusi besar.
  • Saham bermasalah dengan fundamental lemah.
  • Saham yang terkena sentimen negatif, seperti laporan keuangan buruk atau isu hukum.

Dampak ARA dan ARB Saham bagi Investor

Dampak ARA:

  • Potensi keuntungan tinggi dalam waktu singkat.
  • Sulit membeli saham karena antrian order beli penuh.
  • Harga cenderung stagnan di batas atas.

Dampak ARB:

  • Potensi kerugian besar bagi yang sudah memegang saham tersebut.
  • Sulit menjual saham karena minimnya pembeli.
  • Harga terus terkunci di level bawah hingga beberapa hari jika sentimen negatif berlanjut.

Tips Menghadapi ARA dan ARB Saham

Berikut strategi yang dapat diterapkan:

Tipe Investor Strategi ARA Strategi ARB
Pemula Hindari saham ARA berulang, fokus pada saham stabil Jangan panic sell, evaluasi fundamental saham
Trader Gunakan momentum ARA untuk profit taking Siapkan cut loss sebelum ARB panjang
Investor Jangka Panjang Amati peluang akumulasi setelah ARB berakhir Jika fundamental bagus, manfaatkan harga diskon

Kesimpulan

ARA dan ARB saham merupakan dua mekanisme penting dalam perdagangan saham di BEI yang bertujuan menjaga kestabilan harga dan melindungi investor dari volatilitas ekstrem. Bagi para trader dan investor, memahami batasan ARA dan ARB sangat penting untuk menentukan strategi investasi yang tepat dan mengelola risiko dengan bijak.

Meskipun ARA memberikan peluang keuntungan tinggi, risikonya tetap ada. Begitu pula dengan ARB yang seringkali menakutkan, tetapi bisa menjadi kesempatan jika dikelola dengan strategi yang matang.

Pastikan sebelum bertransaksi, kamu selalu memperhatikan aturan terbaru dari BEI, menganalisis saham yang kamu incar, serta memiliki rencana investasi saham yang jelas.

Scroll to Top