Sebelum membahas quarter-life crisis (QLC), kamu mungkin pernah mendengar istilah krisis paruh baya (midlife crisis) dan semua penderitaan emosional yang menyertainya. Penderita midlife crisis tidak siap berada di usia tua/matang dan berharap dapat kembali ke masa muda untuk bersenang-senang. Selain itu, mereka juga cenderung lebih khawatir karena merasa dekat dengan kematian. Padahal, hidup dan mati bukan urusan manusia, bukan pula soal usia. Kekhawatiran yang berlebihan membuat mereka merasa tertekan karena belum siap menerima kenyataan. Lalu, bagaimana dengan quarter-life crisis?
Contents
Mengenal Quarter-Life Crisis
Secara harfiah, definisi quarter-life crisis adalah krisis seperempat abad. Ini merupakan periode dimana seorang berusia 20-an hingga awal 30-an mengalami krisis emosional karena banyak masalah yang belum berhasil dipecahkan sehingga menimbulkan kekecewaan, merasa gagal, dan terjebak akan ketidakpastian. Krisis seperempat abad ini sebenarnya umum terjadi karena anak muda atau milenial sedang berjuang untuk memikirkan kehidupan di masa depan.
Sumber Pemicu Quarter-Life Crisis
Inilah salah satu fakta bahwa quarter-life crisis terjadi karena ada pemicunya. Pertama, kondisi ini munculย saat masa transisi dari remaja ke dewasa awal. Ini merupakan suatu hal yang pasti bahwa setiap remaja yang berancak dewasa akan mulai berpikir tentang kehidupannya di masa depan. Ini menjadi reminder bagi milenial bahwa tidak ada waktu lagi untuk bermain-main dengan hidup. Sebagian dari mereka yang tidak siap menerima kenyataan cederung akan merasa tertekan. Dalam ilmu psikologi, ketidaksiapan yang bertemu dengan tekanan berpotensi menimbulkan gangguan emosional: stres dan depresi.
Kedua, pencarian jati diri. Pemicu lainnya dari quarter-life crisis yaitu karena adanya proses pencarian jati diri. Milenial yang menyadari bahwa mereka akan beranjak dewasa, cenderung belum menemukan apa yang mereka cari, apa tujuan yang ingin dicapai, dan bagaimana cara mencapainya. Untuk mengenali jati diri, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, misalnya menyadari kelebihan dan kekurangan. Dengan begitu, milenial dapat berfokus untuk memaksimalkan kelebihan agar dapat menutupi kekurangan.
Ketiga, kesadaran belum memiliki tujuan hidup. Milenial yang mengalami quarter-life crisis sering kali dipicu karena belum memahami apa tujuan hidup. Sebenarnya, ini merupakan hal yang sangat penting untuk disadari. Manusia ibaratkan pengemudi. Bayangkan bila pengemudi tidak tahu mau bergerak ke mana, bisa-bisa tersesat. Secara emosional, tujuan hidup manusia yaitu untuk bahagia. Uang, jabatan, kekayaan, dan sebagainya, itu hanya alat untuk mencapai kebahagiaan.
Cara mudah untuk bahagia yaitu dengan bersyukur atas hidup ini, atas segala pencapaian meskipun terkadang belum maksimal. Ada orang yang hanya bisa bahagia bila punya mobil. Namun, ada orang pula orang yang sudah bisa bahagia asalkan bisa makan 2 kali sehari. Setiap orang punya ukuran kebahagiaan sendiri. Yang terpenting, temukan cara untuk bahagia dan lebih banyak bersyukur.
Secara spritual, tujuan hidup manusia yaitu untuk ibadah. Di dalam agama Islam misalnya, ibadah bukan hanya tentang salat, haji, dan zakat. Ibadah adalah tentang melakukan hal-hal baik sesuai perintah agama. Banyak hal-hal sederhana yang bernilai ibadah, misalnya tersenyum, saling berbagi, saling menghormati, dan sebagainya. Dengan memahami tujuan hidup, milenial akan mengerti apa yang harus mereka lakukan.
Keempat, sulit menentukan pilihan. Pemicu quarter-life crisis lainnya yaitu tidak mampu menentukan pilihan atau jalan hidup sendiri, seperti tentang karier, pekerjaan, pendidikan, pernikahan, dan finansial. Sebenarnya ini merupakan hal lumrah. Hanya saja, milenial tidak perlu khawatir secara berlebihan. Tetap tenang agar dapat berpikir jernih. Coba juga untuk mempertimbangkan pendapat orang lain. Sebenarnya, banyak hal yang dapat dijadikan solusi. Yang terpenting adalah mengenali diri sendiri dan jangan pernah membandingkan diri dengan orang lain.
Solusi & Cara Mengatasi Quarter-Life Crisis
Sebenarnya ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi quarter-life crisis. Namun, beberapa tips berikut ini bisa dipertimbangkan untuk dijadikan solusi.
- Tentukan standar pribadi untuk semua elemen kehidupan.
- Pahami kekurangan diri dan optimalkan keunggulan diri.
- Tentukan hal-hal yang harus diprioritaskan.
- Lakukan hal-hal yang menggairahkan hidup.
- Lakukan hal-hal baru untuk menemukan passion dan identitas diri.
- Berhenti untuk mencoba menyenangkan semua orang.
- Berhenti untuk membandingkan diri dengan orang lain.
- Bersyukur atas pencapaian yang dihasilkan.
Tarik Nafas Dalam-dalam
Meskipun kamu berada di tengah-tengah krisis seperempat kehidupan (quarter-life crisis) yang dapat membuat kewalahan, bukan berarti itu sesuatu yang tidak dapat diselesaikan. Ingatlah bahwa hidup dan masalah merupakan dua elemen yang tidak terpisahkan. Ketika ada masalah, maka juga ada solusi. Kamu dapat mempertimbangkan beberapa tips dan solusi yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, milenial sebaiknya juga menyadari bahwa krisis ini merupakan hal yang lumrah dan terjadi oleh sebagian besar orang. Yang terpenting, coba untuk tarik nafas dalam-dalam dan tetap berpikir positif. Yakinlah bahwa semua masalah ini dapat dilewati selangkah demi selangkah.