Ketika perekonomian terpukul oleh pandemi, indeks acuan mengalami penurunan drastis yang menyebabkan banyak investor menghadapi kerugian. Namun, bagi sejumlah individu, penurunan harga saham ini justru dianggap sebagai peluang potensial.
Mengapa demikian? Pasalnya, mereka dapat membeli saham dengan harga yang tergolong murah dan menantikan kemungkinan terjadinya rebound pasar. Apa itu rebound? Dan bagaimana cara mengenali tanda-tanda terjadinya rebound saham? Mari simak informasi berikut:
Contents
Memahami Konsep Rebound
Istilah “rebound” memiliki arti terbang atau melambung, yang sering digunakan dalam konteks permainan bola basket. Ini menggambarkan saat seorang pemain mendapatkan pantulan bola yang tidak masuk ke dalam ring yang ditembakkan oleh pemain lain. Dalam dunia pasar modal, rebound terjadi setelah periode penurunan harga saham (bearish). Dengan kata lain, rebound adalah fase kenaikan harga setelah mengalami penurunan.
Istilah rebound selalu terkait dengan kondisi bearish. Rebound tidak mungkin terjadi tanpa adanya tren penurunan atau pelemahan dalam pasar saham. Penurunan ini biasanya dipicu oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat atau bahkan negatif, peningkatan tingkat pengangguran, defisit dalam neraca perdagangan, dan faktor-faktor lainnya.
Fase bearish umumnya terlihat dalam penurunan secara keseluruhan pada indeks harga saham. Jika kondisi ini terus berlanjut, para investor akan cenderung menjual saham-saham mereka untuk menghindari kerugian.
Penurunan ini, sering kali dipicu oleh reaksi berlebihan dari para investor yang mengikuti tren penjualan saham. Panik ini memperburuk situasi dan memicu lebih banyak penjualan, yang pada akhirnya memperpanjang fase bearish.
Rebound terjadi Setelah Bearish: Keputusan yang Perlu Diambil Saat Bear Market
Selama periode bearish, harga saham berada dalam diskon, lalu apa yang seharusnya dilakukan selama masa bearish? Berikut langkah-langkah yang bisa diambil:
1. Menunggu Reda Kepanikan
Pasar saham sering kali turun akibat sentimen negatif. Ini dapat menyebabkan aksi jual berlebihan dari para investor, yang dikenal dengan istilah “panic selling.” Ketika harga saham turun di bawah nilai seharusnya, penting untuk berhati-hati saat mempertimbangkan untuk membeli.
Disarankan untuk menunggu hingga keadaan pasar kembali stabil. Biasanya, tanda-tanda ini terlihat saat pasar mulai berubah dari warna merah ke hijau. Pada saat ini, peluang terjadinya rebound mulai muncul, dan ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk mempertimbangkan saham dengan harga diskon.
2. Tetap Memegang Saham yang Dimiliki
Jika Anda telah memiliki saham sebelum fase bearish, pertimbangkan untuk tetap memegangnya. Terutama jika saham tersebut termasuk dalam kategori kapitalisasi pasar besar dengan fundamental yang solid. Saham-saham ini sering disebut “big caps” dan cenderung pulih lebih cepat setelah penurunan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
3. Siapkan Cadangan Dana
Walaupun Anda merasa yakin dengan portofolio saham Anda, selalu bijaksana untuk memiliki cadangan dana yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Ini akan membantu menjaga aliran kas agar tetap lancar bahkan saat pasar mengalami ketidakpastian.
Ingatlah bahwa kondisi pasar saham tidak selalu baik, dan memiliki cadangan dana juga membuka peluang untuk membeli saham dengan diskon selama fase bearish.
Cara Mengenali (Mendeteksi) Rebound
Ketika sebuah saham mengalami fase bearish, ada dua pendekatan dalam menganalisis potensi rebound:
1. Analisis Fundamental
Melakukan analisis fundamental melibatkan penilaian terhadap kinerja emiten saham. Jika kinerja perusahaan tetap baik, maka harga saham berpotensi naik. Anda bisa membandingkan laba perusahaan pada periode kini dengan laba pada kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Namun, perlu diperhatikan bahwa kenaikan laba perusahaan seharusnya berasal dari pertumbuhan bisnisnya, bukan dari penjualan aset atau selisih kurs mata uang asing.
2. Analisis Teknikal
Pendekatan analisis teknikal sering digunakan untuk mengenali potensi rebound suatu saham. Namun, metode ini memerlukan pengetahuan dan pengalaman untuk dapat diterapkan secara efektif. Beberapa indikator yang bisa digunakan meliputi pola candlestick, moving average, volume perdagangan, support dan resistance, serta indikator overbought dan oversold.
Tanda-tanda Terjadinya Rebound: Rebound memiliki beberapa tanda yang dapat diawasi sebagai indikasi potensial terjadinya fenomena ini. Beberapa tanda-tanda tersebut termasuk:
3. Pasar dalam Kondisi Normal
Jika IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) berada dalam keadaan normal tanpa dipengaruhi oleh sentimen ekstrem, dan saham-saham telah mengalami kenaikan selama minimal 2 hari, ini bisa menjadi pertanda bahwa pasar sedang menuju fase rebound.
4. Penguatan Indeks Saham AS
Jika indeks saham utama di Amerika Serikat, seperti Nasdaq, S&P 500, dan Dow Jones, menguat dengan signifikan, ini dapat menjadi indikator bahwa IHSG kemungkinan akan mengalami rebound pada sesi berikutnya.
5. Munculnya Sentimen Positif Pasca Penurunan Tajam
Adanya sentimen positif di pasar setelah IHSG mengalami koreksi besar-besaran dapat meningkatkan kepercayaan para investor untuk kembali berinvestasi pada saham yang sedang diperdagangkan dengan harga rendah.
Beberapa sentimen positif yang bisa muncul adalah program pengampunan pajak (tax amnesty) atau stimulus ekonomi nasional (PEN) yang diberikan oleh pemerintah sebagai respons terhadap situasi pandemi.
Namun, penting untuk diingat bahwa tanda-tanda ini harus dianalisis dengan cermat, dan keputusan investasi sebaiknya tidak diambil dengan terburu-buru.
Pandangan Akhir
Rebound saham adalah fenomena kenaikan harga saham setelah mengalami periode penurunan atau bearish. Hal ini sering dianggap sebagai peluang oleh investor untuk membeli saham dengan harga rendah dan mendapatkan keuntungan saat harga naik kembali.
Mengenali tanda-tanda rebound melibatkan analisis fundamental dan teknikal, serta pemantauan kondisi pasar secara cermat. Meskipun potensi rebound ada, tetap diperlukan kebijakan hati-hati dan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi. Rebound saham adalah contoh bagaimana pasar modal memiliki siklus dinamis yang perlu direspons dengan bijak oleh para investor.