Dalam konteks ekonomi makro dan mikro, daya beli menjadi salah satu istilah yang sangat penting untuk memahami kondisi perekonomian masyarakat. Ketika daya beli masyarakat meningkat, aktivitas ekonomi juga akan bergerak lebih dinamis. Sebaliknya, ketika daya beli menurun, penjualan turun, konsumsi melambat, dan pertumbuhan ekonomi bisa terganggu.
Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan daya beli? Apa saja faktor yang memengaruhinya? Dan bagaimana kaitannya dengan inflasi, upah, serta pertumbuhan ekonomi? Berikut penjelasannya!
Pengertian Daya Beli
Daya beli (purchasing power) adalah kemampuan individu, rumah tangga, atau masyarakat secara umum untuk membeli barang dan jasa dengan pendapatan yang mereka miliki.
Secara sederhana, semakin banyak barang dan jasa yang bisa dibeli dengan pendapatan tertentu, semakin tinggi daya beli seseorang. Sebaliknya, jika harga barang naik (inflasi) tetapi pendapatan tetap, maka daya beli akan menurun karena jumlah barang/jasa yang bisa dibeli menjadi lebih sedikit.
Perbedaan Daya Beli dan Konsumsi
- Daya beli adalah kapasitas atau potensi seseorang untuk membeli.
- Konsumsi adalah tindakan nyata atau realisasi dari pembelian barang dan jasa.
Artinya, seseorang bisa memiliki daya beli tinggi namun memilih menabung atau berinvestasi alih-alih mengonsumsi.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Daya Beli
1. Pendapatan
Pendapatan adalah faktor utama. Semakin tinggi pendapatan riil (pendapatan setelah dikurangi inflasi), semakin tinggi daya beli.
2. Tingkat Inflasi
Jika harga-harga barang naik lebih cepat dari kenaikan pendapatan, maka daya beli menurun.
3. Suku Bunga
Suku bunga tinggi dapat mengurangi konsumsi karena mendorong orang menabung atau menyebabkan cicilan kredit lebih mahal.
4. Pajak dan Subsidi
Peningkatan pajak atau pengurangan subsidi akan menurunkan disposable income, sehingga menekan daya beli.
5. Nilai Tukar
Pelemahan rupiah dapat meningkatkan harga barang impor → inflasi naik → daya beli masyarakat turun.
6. Persepsi Konsumen (Sentimen Ekonomi)
Jika masyarakat merasa tidak aman secara ekonomi (misalnya karena ancaman PHK), mereka akan cenderung menahan konsumsi meskipun memiliki uang.
Indikator Pengukur Daya Beli
Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur dan memantau daya beli masyarakat:
1. Pendapatan Riil
Pendapatan yang disesuaikan dengan tingkat inflasi. Jika pendapatan nominal naik 5% tetapi inflasi 6%, maka pendapatan riil justru turun.
2. Konsumsi Rumah Tangga dalam PDB
Komponen konsumsi rumah tangga mencerminkan kekuatan belanja masyarakat. Di Indonesia, kontribusinya mencapai lebih dari 50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
3. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk mengukur persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini dan harapan masa depan.
4. Upah Minimum Regional (UMR/UMP)
Menjadi acuan dasar untuk mengukur kemampuan beli pekerja di berbagai daerah.
Daya Beli dan Inflasi: Hubungan Kritis
- Jika inflasi terkendali dan pendapatan naik, maka daya beli meningkat → konsumsi naik → ekonomi tumbuh.
- Jika inflasi tinggi tapi pendapatan stagnan, maka → daya beli menurun → konsumsi turun → pertumbuhan melambat.
Contoh: Jika satu keluarga memiliki penghasilan Rp5 juta per bulan dan sebelumnya cukup untuk membeli 10 paket kebutuhan, tetapi karena harga naik, sekarang hanya cukup untuk 8 paket, maka daya beli mereka turun 20%.
Dampak Menurunnya Daya Beli
- Penurunan Penjualan: Perusahaan mengalami penurunan omzet karena konsumen mengurangi pengeluaran.
- Meningkatnya Risiko PHK: Jika penjualan turun, perusahaan mengurangi produksi, yang bisa berujung pada pengurangan tenaga kerja.
- Lesunya Sektor Riil: Daya beli rendah menyebabkan sektor perdagangan, manufaktur, dan UMKM stagnan.
- Meningkatnya Kredit Macet: Masyarakat yang kesulitan secara finansial berpotensi gagal membayar cicilan atau utang.
Contoh Situasi: Daya Beli di Indonesia
Mengacu pada laporan BPS dan Bank Indonesia, berikut beberapa catatan:
- Inflasi tahun 2022 meningkat hingga 5,5% (YoY), didorong oleh harga BBM, energi, dan bahan pokok.
- Kenaikan UMP 2023 rata-rata hanya sekitar 6%, artinya bagi sebagian masyarakat, daya beli belum meningkat signifikan.
- IKK per Desember 2023 menunjukkan sedikit penurunan karena kekhawatiran ekonomi global dan pemilu.
Strategi Meningkatkan dan Menjaga Daya Beli Masyarakat
Untuk Pemerintah
- Mengendalikan Inflasi: Stabilisasi harga pangan dan energi; Penguatan cadangan beras nasional, subsidi pupuk, pengendalian rantai distribusi.
- Menaikkan Pendapatan Masyarakat: Kenaikan UMP secara proporsional; Bantuan sosial tunai (BLT), kartu sembako, subsidi gaji.
- Meningkatkan Lapangan Kerja: Mendorong investasi padat karya dan UMKM; Digitalisasi ekonomi pedesaan.
- Keringanan Pajak: Pengurangan PPN untuk barang kebutuhan pokok; Relaksasi pajak UMKM.
Untuk Dunia Usaha
- Menjaga Harga yang Kompetitif: Efisiensi biaya produksi untuk menjaga margin tanpa menaikkan harga.
- Menyesuaikan Produk: Menawarkan paket hemat, produk ukuran lebih kecil (downsizing) agar tetap terjangkau.
- Promosi dan Diskon: Program loyalitas dan cicilan ringan untuk menarik minat konsumen.
Daya Beli dan Transformasi Ekonomi Digital
Meningkatnya digitalisasi juga memengaruhi daya beli, baik secara positif maupun negatif:
Positif:
- E-commerce memungkinkan konsumen memperoleh barang dengan harga lebih murah
- Fintech mempermudah akses keuangan
Negatif:
- Gaya hidup konsumtif meningkat → utang jangka pendek (paylater)
- Muncul ilusi daya beli karena kredit mudah
Kesimpulan
Daya beli adalah fondasi utama dalam menjaga kestabilan ekonomi nasional. Ketika daya beli kuat, konsumsi meningkat, produksi tumbuh, dan lapangan kerja tercipta. Sebaliknya, jika daya beli melemah, seluruh rantai ekonomi akan terdampak.
Menjaga daya beli bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama, termasuk pelaku usaha, sektor keuangan, dan masyarakat itu sendiri. Strategi kolaboratif—mengendalikan inflasi, mendorong pendapatan riil, menjaga stabilitas harga, dan memperkuat kepercayaan konsumen—adalah kunci untuk menciptakan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.